Empat Kecamatan di Cilacap Fokus Pengembangan Sapi, Ini Lokasinya yang Dibidik Pemkab dan Unsoed

Empat Kecamatan di Cilacap Fokus Pengembangan Sapi, Ini Lokasinya yang Dibidik Pemkab dan Unsoed

POTENSI SAPI: Selain jadi pintu masuk sapi impor, Cilacap juga memiliki potensi pengembangan sapi lokal. NASRULLOH/RADARMAS CILACAP - Setelah pengembangan budidaya udang vaname, gula kelapa dan belut, Pemerintah Kabupaten Cilacap mulai menjajaki peluang pengembangan peternakan sapi di empat kecamatan, yakni Kecamatan Cimanggu, Karangpucung, Adipala dan Binangun. https://radarbanyumas.co.id/udang-vaname-jadi-pilot-project-ekonomi-kerakyatan/ Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelyanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Cilacap Awaluddin Muuri mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Unsoed Purwokerto untuk melakukan kajian terkait potensi pengembangan peternakan sapi. Penjajakan pengembangan peternakan sapi ini tidak lepas dari demand atau permintaan yang cukup tinggi, tetapi belum dipenuhi dengan ketersediaan yang cukup. Artinya, dia menjelaskan, banyaknya permintaan belum ditangkap sebagai peluang oleh sebagian besar peternak. "Dengan demand atau permintaan yang banyak, seharusnya bisa berdampak positif pada peternak lokal juga," jelas Awaluddin, setelah rapat dengan LPPM Unsoed di Ruang Jalabumi Setda Cilacap, Selasa (21/9). Pengembangan peternakan sapi ini, Awaluddin menambahkan, juga termasuk dalam rangka menaikkan nilai investasi yang masuk ke Cilacap . "Misal tahun ini kita ditarget Rp 900 miliar nilai investasi yang masuk, dan Alhamdulillah sudah melebihi target. Termasuk peternakan ini, itu akan menambah nilai investasi," imbuhnya. Dr Refius Pradipta Setyanto, dari LPPM Unsoed menjelaskan, ada dua jenis model peternakan sapi, yakni pembibitan dan pembesaran. Pada model pembibitan akan lebih memerlukan nilai investasi yang lebih besar, yang memerlukan angka investasi minimal sekitar Rp 23 miliar. "Pembibitan memang memerlukan investasi lebih besar dan pengembalian biasanya lebih panjang, sehingga pembibitan ini kurang mendorong minat investor," ungkapnya. Sedangkan pada model penggemukan, menurut dia lebih diminati investor karena hasilnya merupakan sapi yang sudah siap potong di tempat pemotongan hewan. "Penggemukan ini nilai investasi memang lebih kecil dibanding pembibitan, dengan biaya operasional yang kurang lebih sama, tetapi pengembalian waktu investasi lebih pendek, jadi investor selama ini lebih tertarik pada penggemukan," ujarnya. Untuk jenis sapi yang disarankan adalah sapi jenis lokal, mengingat daya serap pasar atau kemampuan beli masyarakat umum yang lebih cenderung pada sapi lokal. Pada momen tertentu, seperti Idul Adha memang ada masyarakat yang lebih memilih sapi impor seperti limosin atau metal, tetapi secara umum lebih banyak sapi lokal yang dikomsumsi. "Memang ada pertimbangan untuk sapi seperti limosin atau metal secara harga lebih menarik, tetapi kita juga mempertimbangkan daya serap pasar yang tentu lebih banyak pada sapi lokal," terangnya. Empat kecamatan yang dipilih yakni Cimanggu, Karangpucung, Adipala dan Binangun juga bukan tanpa alasan, melainkan sudah melalui pertimbangan, di mana lokasi tersebut ketersediaan pakan ternak sangat mencukupi. "Misal di Binangun, masyarakat sudah banyak yang melakukan penggemukan sapi, artinya di daerah itu ketersediaan pakan terjamin, dan secara ekonomi prospektif meskipun masih dilakukan secara tradisional," tandasnya. (nas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: