Waduh, Ruas Jalan Dondong - Sumingkir Dipenuhi Lumpur, Dampak Pembuangan Limbah Proyek Embung

Waduh, Ruas Jalan Dondong - Sumingkir Dipenuhi Lumpur, Dampak Pembuangan Limbah Proyek Embung

PENUH LUMPUR: Ruas Gerilya yang menghubungkan desa Dondong Kecamatan Kesugihan dan Desa Sumingkir Kecamatan Jeruklegi penuh tanah berlumpur. CILACAP - Ruas Gerilya yang menghubungkan Desa Dondong Kecamatan Kesugihan dan Desa Sumingkir Kecamatan Jeruklegi dipenuhi tanah berlumpur. https://radarbanyumas.co.id/pelaku-ditangkap-pembunuhan-di-batur-banjarnegara-dipicu-api-cemburu-kasus-suami-bunuh-istri-di-jalan/ https://radarbanyumas.co.id/pembunuh-istri-di-batur-banjarnegara-diantar-kades-ke-polisi-ini-kronologi-lengkapnya/ Hal ini disebabkan pembangunan Embung yang sedang berlangsung di Desa Sumingkir dan tanahnya yang diangkut berceceran di jalan. "Efek lalu lalang truk pengangkut tanah berlumpur, lumpurnya pada berceceran di jalan dan membuat jalan licin," kata Taufik Saeful Amin, warga setempat, Senin (30/8). Kepala Desa Sumingkir Kecamatan Jeruklegi, Yunaedi membenarkan hal tersebut. Dia menjelaskan, saat ini sedang berlangsung kegiatan proyek pembangunan Embung Wisata dengan sumber APBN senilai Rp 12 Miliar di Desa Sumingkir, di mana galian tanah harus keluar atau dibuang dari lokasi proyek. "(Tanah galian) dimanfaatkan oleh warga sekitar (untuk mengurug). Karena tempat pembuangan awal yang sudah disiapkan yakni lapangan bola sudah penuh. Jadi mulai diambil oleh masyarakat yang membutuhkan," ujarnya. Untuk proses pengambilan tanah galian, pihak kontraktor sebenarnya sudah menyediakan armada truk untuk kemudian dikirim ke lokasi tanah warga yang membutuhkan. "Armada, dan alat berat disediakan dari proyek. Di sini warga tahunya menerima, siapa di situ yang mengajukan permohonan di awal. Karena ini kan bunyinya bukan pertambangan, tetapi limbah proyek embung jadi tidak diperjual belikan," terangnya. Dengan musim yang masih hujan dan banyak tanah yang berceceran dari kendaraan pengangkut tanah galian menyebabkan jalan tersebut tertutup tanah lumpur. Dari kontraktor, dia menjelaskan, sebenarnya sudah menyediakan petugas untuk membersihkan tanah yang berceceran. Hanya kondisi jalan yang memang sudah cukup rusak menyebabkan petugas kesulitan membersihkan jalan yang sedang penuh lumpur tersebut, meski sudah dibersihkan beberapa kali. "Kondisi jalan sebelum ada proyek ini sebenarnya kan sudah tidak berwujud aspal (rusak parah). Jadi ketika ada hujan, kotoran tanah yang berceceran jadi seperti berlumpur," imbuhnya. Meski mengganggu roda transportasi desa, pihaknya tidak bisa menghentikan proses pembuangan limbah pembangunan embung, apalagi membuang ke luar desa Sumingkir atau desa terdekat seperti Desa Dondong, karena menurut dia akan tetap mengotori ruas jalan yang dilewati armada pengangkut tanah galian. "Daripada dimanfaatkan orang luar, mending dimanfaatkan warga sendiri. Itu prinsip saya. Cuma ini kan butuh proses. Mengantisipasi itu sangat sulit, apalagi memang jalan sudah rusak ditambah ceceran tanah yang berjatuhan," ungkapnya. Yunaedi menegaskan, proyek pembangunan embung ini harus tetap berjalan, karena itu sudah menjadi kebutuhan desa dan diajukan oleh pihak pemerintah desa. Oleh karena itu, jika merasa terganggu dengan dampak proyek ini, pihaknya menyarankan kepada masyarakat untuk menghindari ruas jalan tersebut. "Saya harap masyarakat bisa menyadari, jalannya sedang sulit dilewati, ya bisa lewat jalan alternatif lainnya, bisa lewat ruas jalan Desa Dondong atau mana. Karena ini kan masih proses pembangunan, mau tidak mau seperti itu (ada konsekuensi)," tandasnya. Camat Jeruklegi Rosikin mengatakan, soal ini pihaknya sudah menginstruksikan kepada jajaran untuk mengundang pihak pelaksana proyek untuk menjelaskan kondisi sebenarnya. "Saya sudah minta pihak pelaksana dan UPT PUPR upayanya seperti apa. Karena kalau dibiarkan bisa berbahaya dan mencelakai pengguna jalan," jelasnya. (nas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: