Kemenag Pilih AKSI Ketimbang AKM

Kemenag Pilih AKSI Ketimbang AKM

Ilustrasi siswa belajar JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) memutuskan untuk memilih konsep Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) ketimbang Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter (AKM) dalam menjalankan Asesmen Nasional (AN) yang mulai diterapkan pada 2021. Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Kemenag, Ahmad Umar mengatakan, konsep AKSI bakal digunakan khusus untuk murid kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah (MI), kelas 8 Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan di kelas 11 Madrasah Aliyah (MA). Menurutnya, seluruh instrumen, telah diuji selama enam bulan terakhir dan siap digunakan pada 2021. Tentunya, Kemenag juga sudah melakukan koordinasi dengan pihak Kemendikbud pada bagian standar kurikulum. https://radarbanyumas.co.id/kemenag-gelar-asesmen-kompetensi-guru-madrasah/ "AKSI itu insyaAllah enggak jauh-jauh dari AKM, bahkan kami yang lebih tinggi, karena kami ada aspek karakter yang jadi ukuran utama," kata Umar di Jakarta, Rhabu (16/12). Umar menjelaskan, alasan Kemenag lebih memilih menggunakan AKSI daripada AKM, lantaran pihaknya menilai bahwa sumber daya manusia di lingkungan Madrasah itu belum berpikir hingga maksimalis, melainkan masih minimalis. Artinya, AKM memiliki makna nilai batas minimal. Dengan begitu AKM hanya akan mengejar nilai paling rendah. "Jadi kalau AKM itu Asesmen Kompetensi Minimum, takutnya kalau menggunakan kalimat itu, kawan madrasah mengambilnya yang di bawah minimal. Untuk itu kita menggunakan AKSI. Dari AKSI, kami dapat memetakan masalah, kekurangan dan kelemahan madrasah. Termasuk dapat mengukur literasi membaca, numerik, hingga sains," jelasnya. Bersamaan dengan konsep AKSI tersebut, kata Umar, Kemenag juga menargetkan adanya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah keagamaan Madrasah, dengan mengacu pada Programme for International Student Assessment (PISA). "Berawal dari tekad, bahwa Madrasah Tahun 2022 harus menyumbangkan angka Pisa yang signifikan agar kita enggak malu dengan Vietnam, syukur-syukur bisa di atasnya Singapura dan Malaysia mudah-mudahan begitu," ujarnya. Untuk itu, kata Umar, salah satu menaikkan skor Pisa adalah dengan menjalankan AKSI. Menurutnya, AKSI akan berfokus pada pengembangan karakter perbaikan kekurangan dan kelemahan madrasah, termasuk membenahi literasi membaca, numerik, hingga sains di lingkup madrasah. "Jangka panjangnya kami ingin meningkatkan capaian pembelajaran siswa yang diukur dari AKSI itu adalah tes internal," ucapnya. Tak tanggung-tanggung, Umar menyebut, target peningkatan untuk skor Pisa pendidikan madrasah di Indonesia berada di posisi 38 dari 77 negara. "Kami menargetkan harus bisa di ranking separuh dari 77 negara. Selama ini kita masih di bawah, kami ingin meningkat," tuturnya. Dapat disampaikan, Kemendikbud mengeluarkan kebijikan Merdeka belajar dalam rangka mewujudkan transformasi pengelolaan pendidikan di Indonesia. Salah satunya dengan menghapus Ujian Nasional (UN) diganti Asesmen Nasional. Kompetensi Asesmen nasional sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar. "Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah kompetensi yang benar-benar minimum, dimana melalui AKM kita bisa memetakan sekolah-sekolah di daerah berdasarkan kompetensi minimum yang harus dipersiapkan," kata Direktur Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud, Sri Wahyuningsih. Sri menambahkan, bahwa Kompetensi Minimun adalah kompetensi dasar yang dibutuhkan murid untuk bisa belajar, apapun materinya dan apapun mata pelajarannya. Sehingga, materi AKM ada dua yaitu terkait literasi atau baca tulis, serta literasi numerasi. Namun, literasi yang dimaksudkan di sini bukan sekedar kemampuan membaca, tapi juga kemampuan menganalisis suatu bacaan serta kemampuan untuk mengerti atau memahami konsep di balik tulisan tersebut. Sedangkan numerasi adalah kemampuan menganalisis menggunakan angka. "Literasi dan numerasi bukan tentang mata pelajaran bahasa atau matematika, melainkan kemampuan murid agar dapat menggunakan konsep literasi ini untuk menganalisa sebuah materi," terangnya. Kendati demikian, Sri mengingtakan, fokus pada kemampuan literasi dan numerasi tidak kemudian mengecilkan arti dari pentingnya mata pelajaran. Karena justru, dengan literasi dan numerasi ini membantu murid-murid untuk mempelajari bidang ilmu lain. "Terutama untuk berpikir dan mencerna informasi dalam bentuk tertulis dan dalam bentuk angka atau kuantitatif," pungkasnya. (der/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: