Situs Gunung Padang Hasil Geologi

Situs Gunung Padang Hasil Geologi

PURBA : Batuan di situs Gunung Padang Desa Salebu belum tersentuh budaya manusia. HARYADI/RADARMAS MAJENANG - Situs Gunung Padang di Desa Salebu Kecamatan Majenang, diduga kuat merupakan proses alami. Situs ini muncul setelah melalui proses geologi yang terjadi ribuan tahun lalu. Hal ini terlihat dari kondisi struktur situs, patahan dan bentuk yang masih sangat kompak. "Tidak ada rombakan terhadap susunan batu," ujar Peneliti Utama di Badan Arkeologi Jawa Barat, DR Luthfiandry, Sabtu (13/4) lalu. Hal ini dia katakan usai melihat situs Gunung Padang yang ada di sisi barat Kecamatan Majenang itu. Dia datang bersama tim peneliti dari Universitas Padjajaran, Bandung. Dia menjelaskan, secara geologi hal ini disebut dengan proses columnal joint seperti yang ada di sisi timur bukit Gunung Padang. Hal serupa yang ada di sisi atas, meski kemudian terjadi patahan karena longsor atau rubuhan. Saat pembentukan columnal joint itu, batuan merekah dan menghasilkan bentuk prisma, segi empat, lima dan lainnya. Balok-balok tersebut jika dibuka lagi, akan terlihat kondisinya masih sangat kompak. Baik dalam posisi berdiri ataupun miring dan mendatar. "Masih sangat kompak," kata dia. Namun dia memperkirakan, tempat ini sudah dimanfaatkan oleh budaya manusia, tidak merubah struktur ataupun susunan batuan tersebut. "Pemanfaatan lokasi itu secara budaya terjadi kemudian tanpa merubah susunan batu. Struktur tidak disentuh, tapi dimanfaatkan. Dikeramatkan," jelasnya. Ketua tim peneliti Unpad, Ety sari Nindiati menambahkan, Gunung Padang hanya salah satu titik yang didatangi. Tim mencoba menggali keterangan warga dari berbagai sisi. "Ketertarikan kami bukan pada sisi geologi saja. Tapi pada banyak hal yang harus kita kumpulkan," ujarnya. Hal ini didasari pada pertanyaan besar tentang Wangsa Sanjaya yang justru berkembang pesat di Jawa Tengah. Sementara dari berbagai informasi yang dimiliki, Sanjaya masih berdarah Sunda. "Tapi itu seperti terkubur karena lebih megah di Jawa Tengah. Sampai dinasti ini membangun candi besar," kata dia. Untuk mendukung itu, pihaknya membawa sejumlah tenaga ahli. Mulai dari arsitektur, sejarah, geologi dan arkeologi. Upaya ini untuk mengungkap lebih banyak tentang sejarah Kerajaan Galuh, dari awal hingga Galuh Pakuwan. "Sekarang baru pengumpulan data. Belum sampai ke kesimpulan," tandasnya. (har/din)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: