Inflasi Cilacap Tertinggi Kedua Jateng

Inflasi Cilacap Tertinggi Kedua Jateng

FGD : Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Cilacap mengadakan Focus Group Discussion (FGD), di Ruang Jalabhumi, Selasa (18/12). NASRULLOH/RADARMAS CILACAP-Tingkat inflasi di Kabupaten Cilacap mencapai 0,31 persen. Inflasi sebesar itu adalah yang tertinggi kedua setelah Purwokerto yang mengalami inflasi sebanyak 0,32 persen. Angka tersebut jauh melampui tingkat inflasi di Provinsi Jawa Tengah yang hanya mencapai 0,24 persen. Analisis Perekonomian Biro Perekonomian Setda Provinsi Jawa Tengah, Een Erliana mengatakan, November lalu, penyebab inflasi yang cukup signifikan adalah harga bawang merah, beras, telur ayam ras, dan semen. Sedangkan penahan laju inflasi di Jawa Tengah November lalu adalah semangka, bawang putih, kangkung, bayam dan pepaya. Hal tersebut dia sampaikan saat Focus Group Discussion (FGD) dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Cilacap, di Ruang Jalabhumi, Selasa (18/12). "Pemenuhan ketersediaan pasokan sangat penting dalam hal ini. Agar produksi terjaga atau meningkat, sehingga pasokan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dan tidak terjadi kelangkaan di lapangan," jelasnya. Kepala Kantor Perwakilan BI Purwokerto, Agus Chusaeni mengatakan, Kabupaten Cilacap adalah daerah unik. Sebagai lumbung beras nasional yang tahun lalu surplus beras 300.000 ribu ton, tetapi juga mengalami kekurangan beras. "Cilacap itu lumbung beras, tetapi harga beras inflasinya cukup tinggi," ujarnya. Pemkab Cilacap menurut dia sudah melakukan beberapa upaya untuk menjaga, mulai dari pasokan, keterjangkauan harga, dan distribusinya supaya bisa jalan. "Kenapa inflasi di Cilacap tinggi terus? ini yang sedang kami cari solusinya," ujarnya. Menurut dia, toko TPID, berfungsi menahan atau memperlambat harga. TPID ini bukan untuk menurunkan harga, tetapi untuk memperlambat harga, supaya naiknya lamban. Pemerintah melalui Dinas Pertanian juga sudah mendorong kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) untuk tidak langsung menjual gabah atau padinya saat baru atau setelah panen. "Padinya jangan langsung dijual, tetapi disimpan dulu, dan kemudian diolah menjadi beras untuk kemudian dijual kepada masyarakat," ungkapnya. Pengelolaan gabah oleh petani, menurut dia perlu dievaluasi. Literasi keuangan yang buruk bisa menjadi penyebab, kenapa sebagian besar petani di Cilacap tidak bisa menyimpan padi lebih lama. (nas/din)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: