Tradisi Rabu Wekasan di Dayeuhluhur

Tradisi Rabu Wekasan di Dayeuhluhur

Warga mengambil ketupat yang digantung di tiang bambu untuk dimakan bersama usai dibacakan doa oleh tokoh adat. ISTIMEWA DAYEUHLUHUR - Warga Kecamatan Dayeuhluhur, kemarin serempak menggelar acara adat bertepatan dengan Rabu terakhir di bulan Safar. acara tahunan ini disebut Rebo Wekasan. Warga membuat ketupat dan dipasang di perbatasan antar desa atau dusun. Setelah itu, dilanjutkan dengan doa bersama untuk meminta perlindungan dari segala bentuk bahaya. "Ini kegiatan yang penuh simbolik," ujar Kepala Desa Hanum, Anto Ruswadianto, Rabu (7/11). Dia mengatakan, agenda ini sudah turun temurun dilakukan warga setempat. Tidak diketahui secara pasti siapa yang pertama kali memulai adat seperti ini dan sejak kapan dilakukan. Namun lokasinya selalu sama, yakni di titik batas desa atau dusun. Ketupat disiapkan warga secara suka rela. "Ini sudah dari dulu. Lokasinya di perbatasan. Bisa batas desa, dusun atau RW. Sesuai kemauan warga," jelasnya. Dia menambahkan, ketupat dan isinya berupa nasi menandakan persatuan warga setempat yang diikat dengan janur kuning. Sebelum dimakan bersama-sama, salah satu tokoh adat warga membacakan doa untuk memohon perlindungan dari Yang Maha Kuasa. Doa ini juga mengharapkan agar warga dan wilayah ini dijauhkan dari segala bahaya. "Ada doa yang dipimpin tetua adat," kata Anto. Camat Dayeuhluhur, Rosikin mengatakan, kegiatan ini dilakukan oleh seluruh warga desa di Kecamatan Dayeuhluhur. Menurutnya, ajang ini layak untuk dikemas lagi agar bisa menjadi atraksi budaya. Kekuatannya ada pada kekompakan warga dalam menggelar kegiatan tersebut dan dilakukan secara swadaya. "Sangat mungkin untuk dikemas dan menjadi atraksi budaya," kata dia. (har/din)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: