Kapal Buatan Cilacap yang Mendunia

Kapal Buatan Cilacap yang Mendunia

Pembuatan Kapal Bisa Capai Rp 12 Miliar Warna langit di pesisir Selatan Pulau Jawa membiru, Selasa (19/4). Bendera Merah Putih pun berkibar di sela-sela orang yang lagi membuat perahu di tanah yang mayoritas kehidupan masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Sesekali, kibaran bendera itu meliuk kena terpa angin laut pantai selatan. Sirmanto (56), yang lagi ulet membuat kapal di Pelabuhan Perikanan Cilacap (PPC) sangat memahami kerasnya kehidupan nelayan. Apalagi, dia sadar betul bahwa sebagian nyawa nelayan itu ada di perahu dan peralatannya. Begitu perahu rusak di tengah laut, maka tidak ada lagi yang bisa diperbuat dan hanya tinggal menunggu pertolongan. Karena itu, sebagai pembuat kapal, Sirmanto pun harus sebaik mungkin menetapkan segala ukuran presisi kayunya. "Saya memulai terjun dalam dunia pembuatan kapal dan perbaikan kapal itu mulai tahun 1982, saat itu memang tekanan ekonomi, dan saya harus menafkahi satu anak dan istri tercinta," jelas Sirmanto, kepada Radar Banyumas. Pada tahun itu, dia sudah terinspirasi untuk membuat kapal nelayan sendiri bersama rekan-rekanya, di Pelabuhan Perikanan Cilacap (PPC). Berawal dari pembuatan kapal kecil yang dipesan kebanyakan orang pada tahun 1982, 1983 dan 1987, dia pun kini sudah berani membuat kapal yang lebih besar. "Sebenarnya orang Indonesia tidak kalah canggih dengan orang luar negeri, orang Indonesia itu mudah belajar, asal sudah pernah melihat caranya pasti bisa, tinggal tingkat keuletan dan ketelatenan," kata Sirmanto sambil tersenyum. Pesanan kapal kecil yang dibuat seperti jenis kapal Cikeran, Kilon yang kapasitas muatan 30 GT ke bawah. Lambat tahun, di lima tahun belakangan ini, akhirnya dia mampu membuat kapal dengan kapasitas muatan 100 sampai 300 GT dengan harga jual variatif. ' "Namun kapal terbesar yang dibuat selama ini seharga Rp 12 M," lanjut Sirmanto. Perkara membuat kapal bukan pekerjaan mudah. Ditengah terpaan angin laut yang panas, pembuatan kapal membutuhkan waktu kurang lebih 5-6 bulan. "Tergantung dengan tingkat kesulitan, dan ukuran kapal yang dipesan, kalau kapal dengan ukuran lebar 10,70 meter, panjang 45 meter, kurang lebih 5 sampai 6 bulan waktu yang dibutuhkan," jelasnya. Material yang dibutuhkan untuk pembuatan kapal cukup beragam. Mulai dari kayu, gading pisang, luna, fiber, dan lainnya. Satu material yang di impor yaitu fiber. Sementara untuk material yang lain semua di datangkan dari Indonesia. Begitu juga dengan tenaga tukang/pekerja, seluruh tenaga tukang semuanya orang Indonesia, lanjut dia. "Untuk jumlah tukang pembuatan satu kapal, kurang lebih membutuhkan 10 orang, pokoknya 10 orang ke atas," jelasnya. Dia mengatakan dari semua kapal yang dia buat, dari lima tahun belakangan ini, kurang lebih ada 20 kapal besar. Rata-rata kapal pesanan dari orang keturunan tionghoa, atau bagan. Sementara untuk orang keturunan pribumi hanya beberapa orang saja. "Rata-rata yang pesan keturunan Tionghoa, mereka pemesan kapal, dan sifatnya saya bekerja sebagai tukang pada juragan-juragan yang pesan, material yang dibutuhkan ya juragan yang beli, namun untuk pembuatan semua orang Indonesia," jelasnya sebagai kepala tukang PT. Hasil Melimpah. (fiz/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: