Kedungreja Kini Menjadi Lumbung Padi

Kedungreja Kini Menjadi Lumbung Padi

Balai Penyuluhan (BP) Kedungreja CILACAP-Balai Penyuluhan (BP) Kedungreja sekarang sudah memiliki kantor sendiri. Sebelum memiliki kantor sendiri, para petugas penyuluh lapangan (PPL) pertanian yang bertugas di wilayah tersebut menumpang di salah satu ruangan Kantor Kecamatan Kedungreja. kedungreja-kini-menjadi-lumbung-padi Kantor BP Kedungreja dibangun tahun 2012 di lahan seluas 48 ubin atau 672 m2. Lahan yang digunakan untuk membangun Kantor BP Kedungreja merupakan tanah hibah dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sri Martani. Koordinator BP Kedungreja, Sulaeman, mengatakan para petani yang tergabung dalam wadah Gapoktan Sri Martani menginginkan BP Kedungreja memiliki kantor sendiri. Didorong rasa keinginan tersebut mereka iuran untuk membeli tanah. Setelah iuran, pada tahun 2011 terkumpul dana Rp 43 juta. Uang tersebut digunakan untuk membeli tanah seluas 48 ubin atau 672 m2. Namun uang yang harus dibayarkan kepada pemilik tanah masih kurang. Akhirnya, mereka mengajukan permohonan agar Pemkab Cilacap yang menutup kekurangan tersebut. Permintaan tersebut dipenuhi Pemkab Cilacap sehingga harga jual tanah seluas 48 ubin tersebut bisa dibayar lunas. Tanah yang dibayar dengan uang hasil iuran petani anggota Gapoktan Sri Martani lalu dihibahkan kepada Pemkab Cilacap untuk membangun Kantor BP Kedungreja. Adapun pembangunan fisik kantor tersebut dibiayai dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian TA 2012. Akhirnya pada tahun 2012, Kantor BP Kedungreja yang sudah lama dirindukan petani selesai dibangun. “Kepedulian Gapoktan Sri Martani memang luar biasa. Mereka sampai mau iuran karena ingin BP Kedungreja memiliki kantor sendiri. Hal itu dilakukan karena bagi mereka, Kantor BP Penyuluhan adalah rumah bagi petani untuk melakukan kegiatan bersama kelompok,”katanya. Peningkatan Produksi Keberadaan Kantor BP Kedungreja tentu menjadi angin segar bagi petani. Apalagi setelah pada tahun anggaran 2015, kantor tersebut dilengkapi dengan ruang pertemuan yang cukup luas sehingga semua kegiatan yang terkait dengan kelompok tani dan Gapoktan dapat dilakukan di Kantor BP. “Setelah BP Kedungreja memiliki kantor sendiri, kebersamaan antara penyuluh dengan kelompok tani menjadikan semakin mesra. Bahkan kami pun semakin bersemangat dalam memajukan pertanian melalui program-program yang telah dibuat,” tutur Sulaeman. Adapun program utama BP Kedungreja kedepan adalah peningkatan produksi beras. Saat ini produksi beras di Kecamatan Kedungreja sudah mengalami surplus sebanyak 27 ton. Hal ini berkat kerja keras dan kekompakan para penyuluh dengan kelopok tani dan gapoktan. Keberadaan Lembaga Distribusi Pangan Mandiri (LDPM) Kecamatan Kedungreja juga sangat membantu dalam penanganan produksi beras petani. Bahkan LDPM Kecamatan Kedungreja sudah dipercaya dalam penyaluran beras ke Toko Tani Indonesia. Kemajuan yang dicapai LDPM Kecamatan Kedungreja tidak terlepas dari peran Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Cilacap yang telah memfasilitasi pengembangan LDPM tersebut. “Kami bersama BP2KP selalu melakukan pembinaan dan pengembangan LDPM Kecamatan Kedungrjea. Hasilnya sekarang sudah terlihat, LDPM sudah memiliki penggilingan padi sendiri. Bahkan tahun ini sudah memasok beras ke Toko Tani Indonesia sebanyak 17 ton,” jelas Sulaeman. Di samping itu, BP dan LDPM Kedungreja juga telah bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Purwokerto dalam pengembangan budidaya padi system haston. Budidaya padi sistem haston dilakukan di lahan berkarakteristik rawa yang banyak ditemui di Kecamatan Kedungreja. BP Kedungreja juga melakukan pembinaan secara khusus kepada santri Pondok Pesantren (Ponpes) Firdaus. Para penyuluh membimbing santri di pondok pesantren tersebut mengenai cara membuat pupuk organik cair dan padat, melakukan pelatihan dan pengembangan jamur tiram, budidaya azolla, dan kawasan rumah pangan lestari (KRPL). BP Kedungreja dan Bank Indonesia juga mengembangkan bercocok tanam padi system haston. “Kegiatan tersebut dilakukan secara rutin setiap hari Jumat. Melalui kegiatan tersebut diharapkan para santri tertarik berkecimpung di bidang pertanian,” katanya. Melihat luasan sawah yang mencapai 4.636 hektare dengan produksi per tahun mencapai diatas 40 ribu ton, maka Kedungreja dapat dikatakan sebagai lumbung padi wilayah eks Distrik Sidareja. Sekarang, di Kecamatan Kedungreja juga sudah ada lumbung desa sebanyak 11 unit. Bahkan di tingkat RT pun sudah banyak yang memiliki lumbung padi. “Setelah tahu manfaat lumbung, kini di beberapa RT sudah memiliki lumbung padi sendiri. Jumlahnya sudah banyak namun kami belum melakukan pendataan,” tuturnya.(*/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: