Sulitnya Mencari Kebutuhan Hidup di Kampung Laut Cilacap yang "Belum" Merdeka

Sulitnya Mencari Kebutuhan Hidup di Kampung Laut Cilacap yang

CILACAP - Meski sudah merdeka 71 tahun lalu, ternyata tidak semua warga merasakan kemerdekaan sesungguhnya. Seperti warga Kecamatan Kampung Laut, misalnya. Untuk mencari kebutuhan hidup, mereka masih harus berjuang sekitar dua jam menggunakan perahu. Mereka harus ke kabupaten tetangga di Jawa Barat. Kampung-Laut Warga Desa Klaces, Kampung Laut, Supriyadi menuturkan, kebutuhan masyarakat menjadi lebih mahal dikarenakan perjalanan yang memakan waktu dan biaya transport menuju pasar. "Kalau ke pasar emang agak sulit. Istilahnya memakan waktu. Ngak bisa secepat kaya di darat. Kalau sini wilayahnya air harus pake perahu. Biasanya belanja ke Kalipucang, Jawa Barat," ujar Supriyadi. Supriyadi berharap agar tidak perlu ke daerah lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, berharap adanya pasar di Kampung Laut. Selain lebih mudah, harga barang juga tidak terlalu tinggi. "Harapannya warga kebutuhan sehari-hari di sini gak perlu nyebrang," ungkapnya. Camat Kampung Laut, Nurindra Wahyu Wibawa Ssos Msi mengatakan, dari empat desa yang ada di Kecamatan Kampung Laut memang baru ada satu pasar desa di darat yaitu di Desa Panikel. Sedang untuk tiga desa lainya belum memiliki pasar. "Tiga desa di wilayah kita belum mempunyai pasar. Saya mempunyai gagasan kepengin ada minimal pasar keliling. Konsepnya adalah membawa perahu dagangan kemudian bersandar di Ujungalang dengan hari pasaran tertentu sehingga akan familiar ke beberapa masyarakat," ujar Nurindra. Dia menuturkan pihaknya telah menawarkan kerjasama dengan pasar modern. "Saya sampaikan ke beberapa teman di darat yang khususnya pasar-pasar modern saya tawarkan. Di samping mereka bisa menjual, mereka juga bisa mengambil barang yang dari sini khususnya ikan. Hasil laut, seperti kepiting dan sebagainya," katanya Menurut Nurindra, dengan adanya pedagang yang bersandar ke Ujungalang, akan sama-sama menguntungkan. Selain pedagang mendapat untung dari berjualan, mereka juga untung dengan membeli hasil laut warga. Bahkan, Nurindra mengaku sudah mencoba berkeliling dan mendapat respon yang sangat bagus dari masyarakat. Nurindra berharap pasar akan segera terealisasi sehingga turut mengembangkan perekonomian masyarakat. Dengan begitu orang juga akan tertarik ke Kampung Laut. Selain masih sulit memenuhi kebutuhan, warga Kecamatan Kampung Laut juga masih menjadi daerah terasing. Sampai saat ini, daerah ujung Barat, Pulau Nusakambangan itu belum ada jaringan seluler atau Base Transceiver Station (BTS). Sinyal HP masih susah di Kampung Laut. "Terus terang kita dari sisi komunikasi saja untuk tower BTS tidak ada. Sinyal juga lemah," ujar Nurindra. Meski sudah ada bantuan Wifi dari pemerintah provinsi untuk SMA negeri, tetapi untuk kapasitasnya belum maksimal. "Kemarin kita usulkan ke Pak Gubernur, alhamdulillah dapet wifi. Tetapi untuk kapasitasnya memang belum maksimal. Harapannya dengan wifi anak-anak bisa mengakses semua, mereka bisa keluar secara bebas tapi terkendali," ujarnya. Nurindra bersyukur sudah ada SMA Negeri yang dapat menjadikan kehidupan penerus bangsa lebih baik. "Yang patut kita banggakan dengan adanya sekolah setingkat SMA/SMK minimal satu generasi Kampung Laut naik satu tingkat lebih baik dibanding 10 tahun sebelumnya," kata Nurindra. Sementara saat peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan ke-71 Republik Indonesia, Rabu (17/8) lalu, warga Kampung Laut menggelar upacara di atas air. Dalam upacara itu, ada 13 perahu yang digunakan untuk mengangkut peserta. Terdiri dari pelajar sekolah dasar, SMP, SMA, perangkat desa, dan pegawai UPT yang ada di Kampung Laut. Upacara sengaja digelar di atas air mengingat kondisi geografis dan mata pencaharian sebagian besar warga berada di perairan. Upacara di atas air ini sudah kelima kalinya dilaksanakan di kecamatan itu. Bertindak selaku inspektur upacara, Camat Kampung Laut Nurindra Wahyu Wibawa Ssos Msi. Menurut Nurindra, upacara dilakukan mengingat banyak masyarakat yang mempunyai perahu dan sebagian besar bermata pencaharian nelayan. Sehingga upacara di atas laut dapat dijadikan sebuah momentum yang bisa digunakan untuk menarik wisatawan. Selain upacara juga ada parade perahu hias dan balap perahu. Peserta parade terdiri dari peserta upacara dan juga warga yang ikut meramaikan acara tersebut. Acara balap perahu diikuti pemuda dari empat desa di Kecamatan Kampung Laut seperti Ujungalang, Ujung Gagak, Panikel dan Klaces. (lia/acd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: