Lampu Menyala Otomatis Hanya dengan Sensor

Lampu Menyala Otomatis Hanya dengan Sensor

KAKIIrfan Maulana, Siswa SMK Muhammadiyah Pencipta Lampu Sentuh yang Mengklaim Lebih Irit Lampu yang bisa menyala jika lingkungan sekitar telah gelap, sebenarnya bukan hal baru. Lampu ini biasa dipasang pada penerangan jalan umum dan rumah warga. Dengan konsep serupa, siswa SMK Muhammadiyah Majenang membuat sirkut yang mampu mengatur kerja lampu dengan harga yang jauh lebih murah. Sirkuit yang dilengkapi dengan sensor ini bisa diterapkan pada semua jenis lampu. HARYADI NURYADIN, Majenang Sembari memasang sirkuit yang sudah terbungkus kotak plastik warna hitam, Irfan Maulana menatap tajam peralatan yang akan segera di demonstrasikan. Kedua tangannya terampil memasangkan kabel ke soket. Pemandangan berikutnya, dia mencolokan jak ke terminal agar arus mengalir ke sirkuit. Tidak lama kemudian, dia mendekatkan tangan kirinya ke depan sensor. Bak sulap, lampu pijar yang sudah terhubung dengan sirkuit lalu menyala. Begitu tanggannya menjauh, lampu langsung padam. "Prinsip kerjanya adalah sirkut menggantikan saklar dan digantikan sensor. Sensor ini akan menangkap intensitas cahaya dari luar. Jika cahaya minim, sensor akan menggerakan SCR (sejenis transistor-red) untuk memantik agar lampu menyala," terang Irfan. Dia mengklaim, arus listrik selama sirkuit bekerja sangat stabil. Indikasinya adalah lampu tidak berkedip sama sekali yang menandakan arus mengalir lancar. "Arus listrik tetap stabil," katanya. Alat ini, katanya dia buat setelah mengikuti pelajaran di dalam kelas. Kala itu, dia mendapati kalau ada SCR yang memiliki fungsi sebagai sensor otomatis. Dari sana, dia lalu melakukan riset selama hampir 3 bulan. Mulai dari menyusun rangkaian sirkuit sampai menghitung secara matematis arus di dalam rangkaian. Hasilnya, sekitar sebulan lalu dia pamerkan kepada guru elektro di SMK Muhammadiyah Majenang. "Riset sekitar tiga bulan. Beberapa kali gagal tapi saya terus mencoba," katanya seraya menambahkan sangat gembira ketika alat ini mampu bekerja dengan baik. Riset ini, katanya lebih banyak dilakukan di rumahnya. Jika butuh komponen tertentu, dia akan mengambil sisa yang ada di laboratorium listrik. Seperti kabel, resistor, transistor termasuk SCR sebagai sensor. Kerap kali komponen ini sisa praktek siswa lainnya. Saat ini, Irfan mengaku belum terlalu puas dengan hasil karyanya. Penyebabnya kualitas sensor belum seperti yang diharapkan. Hal ini bisa dimaklumi karena komponen seperti itu masih sangat jarang di Kecamatan Majenang dan sekitarnya. "Kualitas sensor jelek sekali. Disini (Majenang-red) jarang yang jual," katanya. Andika, guru elektro di SMK Muhammadiyah Majenang menambahkan, hasil karya siswa didiknya ini diklaim jauh lebih murah dibandingkan lampu neon yang di jual di pasaran untuk rumah tangga. Harga lampu tersebut rata-rata Rp 40 ribu. "Sementara alat ini hanya menghabiskan Rp 15 ribu dan bisa diaplikasikan di semua rumah dengan berbagai jenis lampu. Dari lampu pijar, neon hingga LED," katanya. Dia menambahkan, nilai plus dari karya ini adalah sangat aplikatif. Pasalnya, alat ini bisa diterapkan di semua instalasi listrik baik rumah tangga maupun perkantoran. Hingga dia yakin alat ini sangat berguna. Selain itu, fungsi saklar manual yang kerap membuat arus listrik naik turun, dipastikan bisa teratasi. Hasilnya, konsumsi listrik bisa jauh lebih irit. "Penggunaan listrik akan lebih irit," katanya. (*/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: