Presentasikan Hingga Ke Jepang, Kini Desain Hingga 300 Alat Peraga

Presentasikan Hingga Ke Jepang, Kini Desain Hingga 300 Alat Peraga

Lebih dekat dengan Yongki Permana, Desainer Alat Peraga Edukatif (APE) Yongki selalu mengingat di masa kanaknya, orang tuanya lebih banyak beraktivitas di luar rumah dan jarang bercengkrama dengan keluarga. Ia pun tak ingin mengulang kegetiran itu pada dua anak lelakinya, Ibrahimovic (5) dan El Shaarawy (2) hingga akhirnya dia lebih memilih menjadi desainer Alat Peraga Edukatif (APE) ABDUL AZIZ RASJID, Cilacap Maka, sejak jauh-jauh hari, ia memutar otak untuk menjalani kegiatan ekonomi yang tak menciderai ikatan batin yang kuat dengan istri dan putra-putranya. "Hanya untuk menyenangkan ibu, saya memang pernah mendaftar kerja di perusahaan swasta. Tapi itu hanya berjalan 3 bulan. Saya kemudian memutuskan untuk keluar. Tentu keputusan ini sempat ditentang oleh keluarga," ujar Yongki pada Radar Banyumas, saat ditemui di kediamannya, Rabu (6/1). Di tahun 2008, niatan Yongki baru menemui jalan yang agak lempang. Saat itu, istrinya sedang mengandung anak pertamanya. Tiba-tiba ia terpikirkan perkembangan anak-anaknya di masa depan haruslah terjaga kreativitasnya dan tak kehilangan kesenangan bermain. Saat itu, ia pun mulai tertarik dengan Alat Peraga Edukatif (APE) yakni alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak yang disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya. "Awalnya saya membeli APE dalam bentuk barang jadi di Klaten. Saya mempelajarinya dan menilai produk-produk itu monoton. Lalu saya mendengar, pembuat APE itu bangkrut. Saya pun menyuntikkan modal dengan perjanjian, harus menggunakan desain-desain saya," imbuhnya. Dari situasi itulah, Yongki sibuk merancang desain APE di kediamannya di kompleks Jalan Rinjani. Prinsipnya, dalam merancang desain, konsep APE dalam pemikirannya harus menarik sebagai mainan tapi tetap mendukung perkembangan motorik dan kognitif anak. Kelahirannya anak pertamanya, juga makin menginspirasinya, yakni mendesain APE dalam bentuk kereta angka, kereta geometri, dan kereta bentuk. "Corak APE saya, cenderung untuk anak laki-laki. Itu saya akui. Mungkin karena saat saya mendesain, saya selalu bercengkrama dengan anak lelaki saya. Tapi memang, kebahagian yang tak ternilai, saya menjalankan aktivitas kerja saya sembari nyambi bermain dengan anak," ujar Yongki yang juga pengelola Mainan AnakQu ini. Capaian yang membanggakan, di tahun 2010, Yongki mendapat kesempatan pameran di negeri Sakura, Jepang. Ia mempresentasikan produk-produknya berkat dukungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Di Jepang, ia mendapat berbagai masukan tentang bagaimana APE didesain secara ideal untuk anak usia 3 sampai 5 tahun. "Dari Jepang, sampai saat ini, saya sudah mendesain 300 alat peraga edukatif. Produk-produk ini tersebar di berbagai taman kanak-kanak di Cilacap, Purwokerto sampai Kebumen," katanya. Setelah berkecimpung di usaha kreatif kurang lebiih 9 tahun, Yongki mengaitkan bahwa pekerjaan yang dipilihnya sebentukĀ  sikap pertahanan diri pada trauma masa lalu. Ia punĀ  menyimpulkan; setiap trauma tak perlu diabadikan, tetapi harus dihentikan untuk perjalanan hidup lebih baik. "Sedang hidup yang terbaik, adalah keutuhan ikatan keluarga," nasehatnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: