Kawat Putus dan Bantalan Kayu Rapuh, Jembatan Gantung Penghubung Sindang-Banjaran
RUSAK PARAH: Kades Banjaran saat sore kemarin (10/6) mengecek langsung kondisi jembatan gantung.(AMARULLAH NUR CAHYO/RADARMAS) PURBALINGGA - Jembatan gantung yang menghubungkan Desa Sindang (Mrebet) dengan Desa Banjaran (Bojongsari), beberapa hari terakhir ini menjadi perhatian warga. Mereka khawatir karena beberapa sling/kawat baja yang menjadi penguat gantungan jembatan, beberapa putus. Tak hanya itu, alas jembatan gantung yang dari kayu juga banyak yang patah dan rapuh. "Saya dapat pengaduan dari warga, lalu saya cek, ternyata kondisinya membahayakan. Tapi tetap ada yang nekat melintas. Akan kami usulkan ke desa tetangga agar sementara ditutup untuk akses kendaraan sepeda motor," tutur Kepala Desa Banjaran, Muhamad Ichmun, Jumat (10/6). Hingga petang, kades dan warga mengecek kembali kondisi jembatan sepanjang kurang lebih 70 meter di atas aliran Sungai Klawing itu. Kondisinya semakin mengkhawatirkan. Ia tak menginginkan sampai ada kejadian yang tak diinginkan. Kedepan, warga berharap bisa segera ada perbaikan total. Meski harapannya jembatan permanen, namun ketika akan tetap jembatan gantung, maka harus diganti semuanya. Karena sesuai usia jembatan, sudah terlalu usang. https://radarbanyumas.co.id/jembatan-penghubung-roboh-1-257-warga-terisolir-nekat-menyeberang-ketimbang-memutar-4-km/ “Kami segera mengusulkan atau bersurat soal kondisi jembatan gantung ini. Karena harus segera ada penanganan, jembatan ini sebagai salah satu fasilitas penting dua wilayah agar tidak memutar saat akan ke ibukota kecamatan,” imbuhnya. RUSAK PARAH : Kades Banjaran saat sore kemarin (10/6) mengecek langsung kondisi jembatan gantung.(AMARULLAH NUR CAHYO/RADARMAS) Seperti diketahui, jembatan gantung itu pertama dibuat dengan campur tangan pemerintah provinsi pada kurun waktu tahun 1994-1995. Tahun 2005 silam pernah roboh, namun tak ada korban jiwa, lalu tahun 2019 dan 2020 ada kerusakan pada bantalan kayu hingga ditutup total. Karena semakin dimakan usia, warga khawatir, kondisinya akan semakin parah. Jembatan itu tetap menjadi pilihan warga dua desa dan pengguna jalan lain untuk ke ibukota kabupaten. Tono, salah satu pedagang mainan anak mengaku setiap hari melintas di atas jembatan "goyang" itu. Hanya sepeda motor yang diperbolehkan, karena jembatan tidak lebar. Motorpun harus bergantian. "Kalau saya akan jualan di sekolah di wilayah dua desa itu, maka jalan paling cepat dan rutenya pendek hanya di jembatan gantung. Sayangnya kadang masih ada kayu bantalan jembatan yang sudah terlihat rusak, harusnya sering dicek dan diganti," ujarnya. (amr) Judul Samb : Tahun 2005 Pernah Roboh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: