Pertumbuhan Kota Cirebon Terguncang Covid-19

Pertumbuhan Kota Cirebon Terguncang Covid-19

Foto Radar Cirebon - Penanganan Pandemi yang Baik Bantu Pemulihan Ekonomi CIREBON– Di usianya yang memasuki ke-651, Kota Cirebon mampu menjadi daerah yang berkembang pesat. Bahkan, sejumlah indikator makro pertumbuhan daerah, menunjukan adanya angka di atas rata-rata indikator makro di provinsi maupun nasional. Salah satu cotohnya adalah laju pertumbuhan ekonomi (LPE) di Kota Cirebon di penghujung tahun 2019 tercatat di angka 6,29 persen (target RPJMD 5,85 persen), atau naik dari LPE tahun sebelumnya (2018) yang menyentuh angka 6,21 persen. Dibandingkan dengan angka LPE tingkat Provinsi Jawa Barat sendiri, pada penghujung 2019 tercatat hanya tumbuh 5,07 persen. Sedangkan LPE nasional tahun 2019 tumbuh 5,02 persen. Indikator makro yang cukup membanggakan adalah angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Cirebon di penghujung tahun 2019 tercatat menyentuh 74,92 poin (target RPJMD 74,55 poin), atau naik dari capaian IPM tahun sebelumnya (2018) yang berada di angka 74,35 poin. Jika dibandingkan dengan angka IPM di tingkat Provinsi Jawa Barat pada penghujung 2019 baru menyentuh 72,03 poin, dan IPM nasional tahun 2019 baru 71,93 poin. Walikota Cirebon Drs H Nasrudin Azis SH memaparkan, capaian positif yang berhasil didapat tersebut mestinya mampu dipertahankan. Namun, kondisi pandemi membuat segalanya berubah. Perencanaan pembangunan yang telah tertuang dalam dokumen RPJMD dan RKPD tahunan, terpaksa akan ditinjau ulang. Terutama di tiga bulan pertama di tahun 2020, wabah covid-19 merebak di Kota Cirebon. Kondisi Pandemi ini sangat mengguncang berbagai sektor. Tidak hanya mengancam kesehatan, tapi juga perekonomian, sosial, pendidikan, dan persoalan mentalitas warga. “Kita tidak pernah menyangka bakal terjadi seperti ini,” katanya. Menurutnya, berbagai persoalan baru juga bermunculan, proses pendidikan terpaksa harus berjalan melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ), para ASN dan pegawai swasta sempat dibuat sistem bekerja di rumah, jumlah jemaah di rumah ibadah terpaksa harus dibatasi. “Perekonomian yang mestinya berkembang menjadi mandek. investasi terhenti, aktivitas niaga hingga ekspor UMKM di Kota Cirebon ikut terdampak,” keluhnya. Azis menegaskan, dalam kondisi ini harus mampu menerobos tidak hanya dengan cara-cara yang tidak biasa-biasa saja. Termasuk dalam menjalankan roda pemerintahan. Oleh karena itu, Azis mengajak seluruh stakeholder dan masyarakat untuk bahu membahu gotong royong mengatasi wabah pandemi ini secara maksimal. Mendorong berbagai upaya untuk menignkatkan ekonomi, tapi tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan. Sementara itu, Anggota Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, Moh Yudi Mahadianto SE MM menuturkan, dalam menyelamatakan perekonomian, yang terpenting adalah penanganan covid-19. Saat penanganan dilakukan dengan baik otomatis perekonomian juga akan terbantu. Setidaknya bisa menekan angka pasien, akan memperbaiki dan menjaga stabilitas ekonomi di masa saat ini. "Seperti Vietnam, ini harusnya bisa dicontoh," tuturnya. Selain fokus dalam penanganan pandemi, UMKM juga dinilai sebagai salah satu penolong pertama perekonomian. Penggerak ekonomi saat ini tentu ada di tangan UMKM. Oleh sebab itu sudah seharusnya pemerintah pusat baik daerah mendorong para UMKM di masa pandemi ini. "Untuk menopang perekonomian, tentu UMKM harus terus didorong agar geliat perekonomian tetap berjalan," tukasnya. (azs/apr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: