Asik.. Purbalingga Bikin Taman Budaya Seperti Balai Sarbini

Asik.. Purbalingga Bikin Taman Budaya Seperti Balai Sarbini

PURBALINGGA - Pemkab Purbalingga akan mengubah GOR Mahesa Jenar menjadi Taman Budaya. Saat ini Detail Engineering Design (DED) fisik Taman Budaya tengah digodok dan harus diselesaikan dalam waktu dua bulan, agar pembangunannya dapat dianggarkan dalam APBD 2017. Bikin-Taman-Budaya-Seperti-Balai-Sarbini Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purbalingga (Dinbudparpora) Subeno menjelaskan, DED Taman Budaya mesti dirampungkan sebelum bulan November untuk menentukan rencana anggaran biaya (RAB). RAB yang akan menentukan alokasi biaya pembangunan taman budaya yang akan dianggarkan pada APBD 2017. "Jadi bukan wacana lagi, karena DED sedang dalam proses," ujarnya. Untuk lokasi, kata Subeno, akan ditempatkan di areal GOR Mahesa Jenar. Gedung satu-satunya milik Purbalingga yang banyak dimanfaatkan untuk aktivitas olahraga indoor akan dibongkar. Sedangkan gedung olahraga penggantinya bakal dipindahkan ke kompleks Stadion Guntur Darjono. "Untuk perkiraan biaya, tunggu DED dulu," imbuhnya. Terkait gambaran Taman Budaya, Subeno mengatakan, Bupati Purbalingga Tasdi SH MM menginginkan seperti Balai Sarbini, Jakarta. Tujuan dibangunnya Taman Budaya, untuk menampung kreativitas seniman untuk mengekspresikan karyanya sekaligus pusat kegiatan budaya. Nantinya akan ada beberapa gedung, namun tidak dijelaskan peruntukkannya. "Selain untuk aktivitas kesenian, gedung itu juga bisa disewakan untuk masyarakat. Untuk pesta perkawinan mungkin. Tapi kita ingin membuat gedung kesenian yang representatif untuk kesenian," ungkapnya. Terpisah Ketua Umum Dewan Kesenian Purbalingga Haryono Soekiran meminta agar pemkab tidak tanggung-tanggung membangun Gedung Kesenian. Ia berharap dalam pembuatan DED memasukkan unsur seniman dan tak hanya unsur birokrat. Ia juga menginginkan ada survei bersama antara konsultan, dewan kesenian, dan birokrasi untuk ke Taman Budaya Surakarta atau Balai Sarbini untuk membangun gedung kesenian yang representatif. "Tidak mesti setahun diselesaikan, tapi bisa bertahap. Terpenting, gedung kesenian nantinya benar-benar representatif," ujarnya. Ia juga menyatakan, jika nantinya benar-benar terbangun, maka gedung kesenian benar-benar strategis sebagai pusat kebudayaan. Kelompok kesenian, baik teater atau wayang yang berada di sejumlah desa bisa memanfaatkan untuk mengenalkan karyanya ke publik. Selain itu, gedung juga bisa dijadikan kegiatan komersil. "Saya harap, di sisi seniman nantinya juga bisa dimanfaatkan dengan baik. Secara pribadi saya menyambut positif pembangunan gedung kesenian, karena di Purbalingga memang belum ada gedung kesenian," ujarnya. (ziz/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: