Dewan Malah Desak HET Elpiji 3 Kilo Naik

Dewan Malah Desak HET Elpiji 3 Kilo Naik

Di Lapangan Stok Elpiji Aman PURBALINGGA- Harga eceran tertinggi (HET) elpiji 3 kilogram hingga saat ini dinilai masih sering dilanggar di tingkat eceran paling bawah. Hal itu terungkap usai Komisi II DPRD Purbalingga melakukan kunjungan kerja ke agen di wilayah Kalimanah dan sekitarnya. Selama ini, konsumen banyak yang membeli elpiji dengan harga melebihi HET yang sudah ditetapkan. Ketua Komisi II DPRD Purbalingga, Aris Widiarso mengatakan, HET elpiji 3 kilogram di Kabupaten Purbalingga adalah Rp 16.500. Namun dari pantauan di lapangan, warga masyarakat banyak yang membeli elipiji tersebut dari tangan pengecer seharga Rp 18 ribu. "Karena itu, kami minta agar HET diubah jadi Rp 18 ribu. Jika tidak segera dikeluarkan yang baru, maka Pemkab bisa disebut melakukan pembiaran pelanggaran HET," katanya. Politisi PKS ini meminta kepada Pemkab Purbalingga untuk segera memperbarui HET elpiji 3 kilogram di wilayah Purbalingga. "Kami menghendaki segera diterbitkan perubahan SK HET yang terbaru, sebab sampai hari ini belum keluar. Sejak 2013 belum ada perubahan," tambah Aris. Koordinator Hiswana Migas Wilayah Purbalingga, Hendi Setyo Mulyo mengatakan sepaham dengan keinginan dewan. Karena di daerah lain seperti Banyumas juga sudah sebesar Rp 18 ribu. Ia juga mengatakan sebenarnya HET sebagai informasi kepada konsumen jika harga paling tinggi sejumlah itu. “Kami akui masih ada yang di atas HET. Apalagi jika stok elpiji 3 kilo sedang minim. Namun selama ini di Purbalingga stok elpiji 3 kilogram melimpah. Bahkan saat ini di awal tahun banyak sekali stok di kami,” ungkapnya, kemarin. Imawan Taqiudin, Wakil Ketua Komisi II mengatakan, dari hasil survei ke kabupaten tetangga, ternyata HET di Kabupaten Purbalingga paling rendah. Misalnya di Kabupaten Banyumas dan Cilacap, HET elpiji 3 kilo telah ditetapkan Rp 18 ribu. Sementara itu sesuai SK Gubernur Jateng menyebutkan, harga eceran elpiji dari agen ke subpenyalur seharga Rp 14.250 dengan margin Rp 1.500. Dengan jumlah penyalur di abupaten Purbalingga sebanyak 1.215 penyalur. “Kami yakin, jika tanpa ada perbaikan HET, penjual eceran bisa menjual dengan harga yang lebih mahal, lebih dari Rp 18 ribu. Apalagi kalau stok sedang kurang. Kalau begini terus, masyarakat yang dirugikan,” jelasnya usai kunjungan, kemarin. (amr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: