Pakumas Gelar Syukuran Penetapan Ebeg Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Pakumas Gelar Syukuran Penetapan Ebeg Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

BANYUMAS - Paguyuban Kuda Lumping Banyumas (Pakumas) menggelar syukuran untuk ebeg yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Berlangsung di Gedung Kesenian Soetedja pada Kamis (31/3) malam kemarin, kegiatan syukuran diwarnai dengan acara Tari Baladewan Massal, Lengger, Guritan Banyumasan, pemotongan tumpeng dan penyerahan sertifikat penetapan Ebeg sebagai warisan budaya tak benda oleh Dinporabudpar Banyumas kepada Pakumas. Ebeg sendiri ialah bentuk kesenian tari daerah Banyumas yang menggunakan boneka kuda terbuat dari anyaman bambu dan kepalanya diberi ijuk sebagai rambut. Menggambarkan prajurit perang yang sedang menunggang kuda, serta Gerak tari yang menggambarkan kegagahan diperagakan oleh pemain Ebeg. "Kalau cita-citanya sejak kita bentuk Pakumas itu memang cita-citanya untuk mengarah kepada perlindungan seni ebeg itu sendiri. Jadi sejak didirikan kita inisiasi dari 2006 terbentuk embrionya 2008, kemudian secara legal di 2013," kata Suherman, Pembina Paguyuban Kuda Lumping Banyumas (Pakumas) kepada Radarbanyumas.co.id Punya sejarah panjang untuk perjuangan perlindungan seni ebeg itu, dimana penetapan ebeg sebagai Warisan Budaya Tak Benda menurutnya ialah hal utama bagi ebeg itu sendiri. Terutama, bagi masyarakat Banyumas sebagai pewaris inti kebudayaan tersebut. "Memang goldnya cita-citanya sebenarnya ini, karena dalam perjalanan ebeg itu sendiri banyak konflik horisontal, konflik dalam intern ebeg itu sendiri, tentang ada perkelahian, campuranlah ada yang ebeg beneran ada yang tidak ebeg beneran," lanjutnya. Sehingga dikaji dan digalilah filoshopy ebeg itu, lalu disosialisasikan ke masyarakat. Hal itu mengingat kesenian ebeg sering kali disebut bertentangan dengan syariat. https://radarbanyumas.co.id/sabtu-minggu-ada-seni-budaya-di-kota-lama-banyumas/ "Dan Yang lebih penting lagi, kita mensosialisasikan filoshopy ebeg itu sendiri, kemudian ada hal yang sangat krisis jadi tentang pertentangan syirik dan sebagainya. Kemudian kita bangunlan sinergitas antar lembaga, inteleqtual, budayawan, kemudian dari teman-teman ebeg itu sendiri," tambahnya. Beberapa kali lalukan seminar untuk mensosialisasikan jika kesenian tersebut tidaklah bertentangan dengan syariat, lalu dari pendampiangan ISI diadakanlah festival yang berlangsung selama 6 bulan. "Dari pendampingan ISI itu sendiri kita adakan festival selama 6 bulan untuk menggali ebeg itu, setelah selesai tersusunlah semacam disertasi tentang riset ebeg di Kabupaten Banyumas," ucapnya. Kemudian yang paling utama ditengah perkembangan zaman saat ini, ialah soal mendemnya pemain ebeg sendiri sampai mendem penonton. "Kalau mendengnya sendiri sejak digali sejak awal itu sudah banyak degradasi, banyak yang hilang, banyak ditentang oleh masyarakat. Kemudian permainan-permainan yang keras itu banyak yang hilang," ungkapnya. Permainan-permainan keras banyak yang hilang karena ditentang oleh masyarakat. Namun Ia menuturkan, bahwa ebeg itu hingga era sekarang tetapklah merupakan ruang seni rakyat banyumas untuk berekspresi. "Kalau yang kita tangkap dari yang kita teliti itu bahwa ebeg itu seni rakyat sebagai ruang seni rakyat itu sendiri untuk bereksperesi, dari anak mudanya apalagi di era sekarang. Kenapa ebeg itu tetap ada followernya karena memang anak-anak muda, di ebeg ini ada ruang ekspresi tentang aku kuat dan aku hebat," tuturnya. Dengan ditetapkannya ebeg sebagai warisan budaya tak benda itupun, menurutnya, pelestarian kesenian itu akan lebih massif, dan ebeg tidak lagi dipandang sebagai suatu kesenian yang ekstrem. https://radarbanyumas.co.id/lengger-lanang-banyumas-tetap-eksis-dan-menghipnotis/ "Karena tadi lahir dari kondisi yang sangat krusial sampai dengan ada yang meninggal dunia itu sendiri, jadi kita memang pembinaannya di setiap kemacatan itu kalau ada pertunjukan harus ada yang bertanggung jawab. Dan paling inti kita membenntuk kelompok-kelompok ditingkat kecamatan untuk membina di Kecamatan itu sendiri karena ditingkat kecamatan bisa sampai ada 10 hingga 20 ebeg," pungkasnya. (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: