Pemkab Sediakan Dana Darurat Rp 4 M

Pemkab Sediakan Dana Darurat Rp 4 M

FOTO A+HLUntuk Pengobatan Korban DBD PURWOKERTO - Pemkab Banyumas kini tengah konsen mengatasi kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Apalagi setelah DBD masuk Kejadian Luar Biasa (KLB). Bahkan pemkab bakal memberikan perhatian khusus bila korban terus bertambah dan kondisinya memburuk. "Bila kondisi semakin memburuk, kita akan beri perhatian khusus," kata Bupati Banyumas Ir Achmad Husein. Hingga saat ini Husein mengaku belum tahu jumlah keseluruhan korban DBD. "Seluruh pasien di Banyumas harus benar-benar didata. Saat ini belum tahu keseluruhan jumlah korban. Tapi semakin hari semakin bertambah," tuturnya. Menurut Husein, pemerintah menyediakan dana darurat sebesar Rp 4 miliar untuk menanggung korban DBD. Seluruh pasien DBD baik pemilik kartu kesehatan maupun tidak, akan ditanggung keseluruhan. "Yang di rumah sakit pemerintah sudah digratiskan, yang di rumah sakit swasta kita sedang rapatkan hari ini (kemarin, red)," katanya. Kemarin (16/2), Husein mengunjungi korban DBD di RSU Banyumas. Dari tujuh korban, salah satu pasien dalam kondisi kritis. "Ini baru satu rumah sakit, dewasa ada lima. Dari lima yang empat kondisinya membaik, yang satu masih naik turun. Artinya, dari rumah sakit ini yang harus saya dengarkan kondisinya itu minimal yang satu itu (korban pasien kritis yang bernama Darsa, red). Dari anak-anak ada tiga, tetapi semua kondisinya membaik," kata Husein. Dikatakan, selain pencegahan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan fogging, semua pasien yang masuk rumah sakit harus benar-benar dipantau. Oleh karena itu, lanjut Husein, pihaknya akan membuat database jumlah korban DBD dari hari ke hari. "Pasien itu dengan nama siapa, alamatnya dimana, kondisi terakhir seperti apa harus saya ketahui," ujarnya. Husein juga meminta perhatian dari seluruh dokter untuk membantu dan saling berkoordinasi. "Kalau ada sesuatu dikeroyok bareng-bareng oleh tenaga ahli kan lebih baik," ujarnya. Salah satu dokter di RSU Banyumas dr Tri Agus Wibowo SpPD menjelaskan, kondisi pasien DBD dikatakan kritis apabila terjadi pembocoran plasma. Hal itu ditandai dengan gejala demam dan beberapa gejala lain seperti nyeri kepala, nyeri badan dan sebagainya. Selain itu, dari laboratorium juga diketahui jumlah trombositnya menurun sampai 100 ribu. "Jika sudah turun di bawah 100 ribu sudah masuk observasi. Semakin turun maka semakin di observasi," terangnya. Bukan hanya trombosit, lanjut Tri, tapi hemaktokrit atau kekentalan darah juga mempengaruhi kondisi pasien. "Semakin kental berarti semakin kurang cairan. Makanya kita infus dan suruh minum banyak bagi pasien DBD," ujarnya. (why/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: