Sungai Prukut Keruh, Ratusan Ikan Warga Mati

Sungai Prukut Keruh, Ratusan Ikan Warga Mati

TERDAMPAK: Seorang warga di Kecamatan Cilongok menunjukkan ikan peliharaannya yang telah mati akibat air keruh.ALI IBRAHIM/RADARMAS CILONGOK - Memasuki musim penghujan, air Sungai Prukut, di Kecamatan Cilongok keruh. Akibatnya ratusan ikan milik petani setempat mati karena "mabok" terkena lumpur yang volumenya terus meningkat. Belum diketahui penyebab kekeruhan tersebut. Namun para petani menduga akibat proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Baturraden yang digarap oleh PT SAE. "Sebelumnya saat musim kemarau masih jernih. Tapi sejak turun hujan, air mulai berlumpur dan ikan-ikan pada mati," kata salah satu petani ikan di Desa Sambirata, Sudiro kemarin. Dia menduga, keruhnya air lantaran adanya proyek PLTPB Baturraden milik PT SAE. "Seperti tahun-tahun lalu, hal ini juga terjadi. Kemungkinan sisa-sisa proyek yang dulu terbawa air saat hujan turun," jelasnya. Tak hanya dia yang mengalami kerugian akibat ikannya mati. Namun petani-petani ikan lainnya di desanya juga mengeluhkan hal serupa. "Di sini ada sekitar 250 petani ikan mengalami hal serupa," katanya. Seperti yang juga dialami Kadus II Desa Karangtengah, Triyono. Menurutnya tak hanya petani ikan di wilayahnya yang ikannya mati. Namun para petani juga mengeluhkan volume lumpur yang semakin mengotori sawah. "Masalahnya lumpur yang tambah banyak membuat biaya produksi padi kian bertambah. Penggunaan pupuk juga otomatis bertambah," jelasnya. Dia mengatakan, sampai saat ini petani di desanya belum mendapatkan kompensasi. "Petani ikan sebagian sudah mendapat kompensasi, tapi juga ada yang belum. Nah yang petani padi ini yang sampai saat ini belum sepeserpun mendapatkan kompensasi," tuturnya. Di sisi lain, Ketua Paguyuban Air Bersih Desa Panembangan, Kartun mengatakan, keruhnya Sungai Prukut juga membuat warga tak lagi dapat menggunakan air sungai untuk suplai air bersih. Di sisi lain, sumur warga juga telah lama mengering akibat kemarau panjang. Kemarau panjang sebelumnya juga menyebabkan sumber air bersih warga mata air atau Tuk Sudem di Desa Sambirata berdebit kecil. Debit mata air ini tak cukup untuk memenuhi kebutuhan 1.000 an pelanggan yang tersebar di Desa Panembangan, Sikidang, Pernasidi, dan Kalipancur. Dikonfirmasi hal tersebut, Direktur PT SAE Bregas H Rochadi mengatakan, saat ini tengah mendata dampak apa saja yang terjadi usai hujan deras awal pekan lalu. PT SAE juga tengah menelusuri penyebab utama keruhnya sejumlah sungai tersebut. Meski begitu, dia menduga keruhnya aliran sungai disebabkan oleh sisa sedimentasi dari ekplorasi awal berupa pembukaan lahan untuk membangun jalan. Tanah dan material lain terbawa hingga tengah hutan atau aliran-aliran air. Saat turun hujan deras, sedimen itu kembali hanyut terbawa aliran sungai hingga ke wilayah permukiman penduduk di wilayah hilir dan menyebabkan air keruh. "Sekarang kan aktivitas di atas itu kan pembuatan jalan sebenarnya sudah tidak ada. Sudah tidak ada pekerjaan konstruksi," jelasnya. Menurut Bregas, hingga saat ini PT SAE belum menerima aduan resmi dari masyarakat mengenai dampak air keruh yang menjadi sumber air utama kolam dan aktivitas ekonomi lainnya. Namun begitu, PT SAE akan mendata dampak ke masyarakat dan bakal memberikan kompensasi. (ali/why)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: