Menilik PLTMH di Grumbul Kalipondoh

Menilik PLTMH di Grumbul Kalipondoh

CEK PIPA : Sarno mengecek pipa yang menuju kincir dan turbin, Senin (20/8). ALI IBRAHIM/RADARMAS Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Grumbul Kalipondoh Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok tak lepas dari sosok lelaki bernama Sarno Ichwani (58). Ya, dialah sebagai pemrakarsa adanya PLTMH di grumbul lereng Gunung Slamet ini. ---------------------------------------------------- Ali Ibrahim, CILONGOK ---------------------------------------------------- Di tahun 1980, masih teringat di benak Sarno gelapnya malam di kampungnya. "Kalaupun ada terang, hanya nyala lampu minyak atau senthir sebagai penerang 17 rumah saat itu," kata Sarno kepada Radarmas. Namun, sejak usaha Sarno memperkenalkan kincir air sebagai pembangkit listrik sederhana, Grumbul Kalipondoh kini pun menyala saat malam sudah tiba. Bahkan, pada saat di Purwokerto dibuat jengkel dengan pemadaman listrik oleh PLN, listrik di Dusun Kalipondoh tetap menyala. Sebagai dusun yang terletak di lereng gunung, Kalipondoh memiliki banyak aliran sungai. Semuanya mengalir di tebing-tebing curam. Salah satunya Curug Cipendok yang sekarang menjadi obyek wisata ternama di Banyumas. Kestabilan aliran sungai-sungai dari lereng Gunung Slamet sepanjang tahun membuat kincir air selalu berputar. Listrik pun dapat dinikmati warga secara gratis selama 24 jam penuh. "Di sini airnya tidak pernah kering, jadi saya manfaatkan saja menjadi listrik," katanya. Awal mula Sarno membuat kincir air sederhana pembangkit listrik berawal pada tahun 1987. Saat itu penghuninya baru ada sekitar 17 kepala keluarga. "sempat kami mengajukan listrik ke PLN, tapi tidak kunjung direalisasikan dengan alasan lokasi susah dijangkau," katanya yang juga pernah menjadi Ketua RW. Hingga suatu ketika pada tahun 1989 Sarno bertemu dengan temannya, Jono, asal Desa Semaya, Kedungbanteng. "Dia memperkenalkan kincir air. Katanya di Semaya sudah dikembangkan menjadi sumber listrik," katanya. Mendapatkan pengetahuan yang bisa dibilang minim, Sarno lalu pergi ke Pasar Wage di Purwokerto untuk membeli dinamo bekas motor Honda CB, dua balok magnet, kabel kumparan, tali karet hitam, dan kabel penghantar arus. "Saya belanja habis Rp 125 ribu. Lalu saya rangkai dengan roda kayu pemutar yang berjari-jari 50 sentimeter dan roda kecil berjari-jari 20 sentimeter," kata Sarno. Maka, jadilah kincir air percobaan Sarno. Kincir air itu ditempatkan di tengah arus hulu Sungai Wadas. Pada percobaan pertama itu Sarno gagal. Dia tak mendapatkan arus listrik. Kegagalan itu tak membuat semangat Sarno surut meski kerap mendapat cibiran dari tetangganya. Pasalnya tak ada bekal pendidikan memadai yang dimiliki Sarno. Sekolah Dasar pun Sarno tak lulus. Hingga suatu ketika Sarno berhasil membuktikan, kincir airnya menghasilkan arus listrik. Sejak itu rumahnya menjadi terang oleh listrik. "Saat kincir air jadi, rumah saya terang sendiri" katanya. Satu per satu tetangganya meminta dibuatkan kincir air. Dengan senang hati, Sarno membuatkannya, gratis. Hingga akhirnya ada 30 kincir air di desa itu sebagai pembangkit mikrohidro. Seiring datangnya listrik, Kalipondoh pun mulai berkembang. Investor mulai melirik pengembangan wisata di Curug Cipendok. Jalan beraspal dibuat di dusun ini. Warung-warung dan industri rumah tangga bermunculan. Setiap ada kerusakan pada kincir air Sarnolah yang pertama dipanggil warga untuk memperbaiki. Dengan senang hati, dia selalu melakukannya, tanpa memungut biaya. Hingga pada tahun 2013 lalu, PLTMH Grumbul Kalipondoh dilirik pemerintah. Berbagai bantuanpun datang dari Gubernur Jateng Bibit Waluyo, kala itu. Puluhan kincir air sederhana yang semula dibuat Sarno dibongkar, digantikan dengan turbin dan kincir air yang lebih modern. "Saat ini ada dua turbin dan kincir. Satu dari Gubernur Jateng, satunya lagi dari TNI. Lalu di masa pak Ganjar juga mendapat bantuan pipa. Saat ini sudah ada 83 KK yang menggunakan PLTMH ini," katanya. Meski tak ada sisa kincir yang dibuat oleh Sarno, namun ia bersyukur upayanya mencetuskan ide pembangkit listrik tenaga mikro hidro ini dilirik pemerintah dan dikembangkan. Hingga saat inipun, Sarno masih dipercaya melakukan maintenance jika ada kerusakan di pembangkit. "Karena saya juga sudah tua tenaga sudah menurun, paling eknisi yang pegang kalau ada apa-apa, saya tinggal mengarahkan saja," pungkasnya. (ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: