Ekonomi Rebound, 2016 Lebih Cerah

Ekonomi Rebound, 2016 Lebih Cerah

[caption id="attachment_97953" align="aligncenter" width="100%"]grafis ekonomi membaik grafis ekonomi membaik[/caption] JAKARTA - Awan kelabu yang menggelayuti ekonomi Indonesia, perlahan pudar. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi dalam empat tahun terakhir, diprediksi sudah mencapai titik nadir. Ekonomi Indonesia pun diproyeksi bakal masuk periode rebound atau naik kembali. Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, tanda-tanda pembalikan arah ekonomi dari perlambatan menjadi percepatan, sebenarnya sudah mulai terlihat sejak triwulan III 2015 yang mencapai 4,74 persen, naik tipis dibanding kinerja triwulan II 2015 yang sebesar 4,66 persen. ''Waktu itu masih sama-samar, baru sekarang kita yakin ekonomi benar-benar rebound ,'' ujarnya kepada Jawa Pos saat ditemui di Kantor Presiden kemarin (5/2). Menurut Darmin, realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan IV yang mencapai 5,04 persen merupakan sinyal kuat yang mengakhiri periode muram perlambatan ekonomi Indonesia. Apalagi, setelah pada triwulan I - III selalu tumbuh di bawah 5 persen, maka triwulan IV menjadi momentum bagi perekonomian Indonesia untuk kembali mengejar level di atas 5 persen. ''Artinya, kita bisa optimistis kalau 2016 bakal lebih cerah,'' katanya. Sebagai gambaran, dalam APBN 2016, pemerintah menargetkan ekonomi mampu tumbuh 5,3 persen. Darmin mengakui, secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2015 yang di level 4,79 persen, masih tipis di bawah target pemerintah 4,8 persen. Namun, dengan banyaknya tekanan eksternal maupun internal sepanjang 2015 lalu, realisasi tersebut patut disyukuri. ''Yaa not bad (lumayan, Red) lah, melesetnya kan sedikit sekali,'' ucapnya. Menurut Darmin, realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2015 yang di atas 5 persen ditopang oleh beberapa faktor. Selain membaiknya belanja modal dan belanja barang pemerintah, dorongan juga berasal dari kinerja investasi atau penanaman modal tetap bruto (PMTB). ''Ini menunjukkan upaya perbaikan iklim investasi berhasil,'' ujarnya. Untuk memanfaatkan momentum rebound, kata Darmin, pemerintah akan terus mendorong investasi melalui berbagai paket kebijakan ekonomi yang tengah disiapkan.  Selain itu, belanja pemerintah juga akan didorong sejak awal tahun. Hal itu sudah mulai dijalankan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta beberapa kementerian lain yang sudah memulai proyek pada Januari. "Supaya (rebound) ini bisa diteruskan di triwulan I (2016),'' katanya. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sofyan Djalil menambahkan, kondisi perekonomian sepanjang 2015 memang berat dan penuh tantangan. Namun, Indonesia bisa melalui dengan cukup baik. ''Yang paling penting, pertumbuhan 2015 itu bottom out (titik paling rendah), jadi ke depan lebih baik,'' sebutnya. Hal menggembirakan lain, kata Sofyan, adalah sentimen positif yang makin kuat menempel di benak investor bahwa iklim investasi di Indonesia terus membaik. Dia menyebut, deregulasi, perbaikan layanan perizinan, hingga insentif yang dikemas dalam paket kebijakan ekonomi, sudah mulai dirasakan manfaatnya. ''Sekarang, optimisme investor sangat tinggi,'' ujarnya. Proyeksi pemerintah tersebut pun tidak jauh meleset dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS). Kemarin, BPS merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 mencapai 4,79 persen. Angka pertumbuhan tersebut merupakan yang terendah sejak enam tahun terakhir. Kepala BPS Suryamin  mengakui pertumbuhan ekonomi tahun ini tergolong lambat sejak 2010 silam. "Ya memang (terendah) sejak 2010,"ujar Suryamin, di Gedung BPS, kemarin. Suryamin menguraikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia telah melambat sejak awal tahun 2015. Namun, pada kuartal akhir tahun lalu, pertumbuhan mulai melaju kencang. Pihaknya mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2015 mencapai 5,04 persen. Angka pertumbuhan tersebut di luar prediksi banyak pihak, termasuk pemerintah. Sebab, angka pertumbuhan tersebut melonjak dari 4,74 persen di kuartal III-2015 menjadi 5,04 persen di kuartal terakhir. Menurut Suryamin, sumber utama penopang Produk Domestik Bruto (PDB) tahun lalu adalah belanja pemerintah yang tumbuh signifikan. Diantaranya, belanja barang, gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan belanja modal. Pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh 7,31 persen. Realisasi belanja pemerintah tersebut melonjak drastis dari kuartal IV tahun sebelumnya. Faktor penopang lainnya, berasal dari pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) yang sebesar ?8,32 persen. Pertumbuhan ini dikontribusi pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak yang berlangsung pada akhir tahun. Penyelenggaraan pilkada tersebut memicu aliran belanja terkait kampanye. Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga melonjak, karena pemerintah mengeluarkan anggaran besar untuk barang modal seperti jalan tol, jembatan dan lainnya. "Pertumbuhan PMTB 6,90 persen atau lebih tinggi dibanding kuartal IV 2014 sebesar 4,59 persen sebagai dampak kenaikan anggaran belanja modal," jelas Suryamin. Terkait konsumsi, Suryamin menuturkan, pengeluaran konsumsi rumah tangga memang juga berpengaruh. Namun, presentasenya hanya mencapai 4,92 persen. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut pun turun dari kuartal IV tahun 2014 yang sebesar 5,11 persen. "Itu karena pelemahan kurs rupiah dan inflasi. Jadi berdampak pada konsumsi,"katanya. Sementara sumber pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2015 dari kinerja ekspor dan impor memang kurang menggembirakan. Kinerja ekspor dan impor terkontraksi negatif 6,44 persen dan impor minus 8,05 persen. "Ekspor dan impor memang turun pertumbuhannya secara year on year,"imbuhnya. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Suhariyanto menambahkan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2015 melonjak menjadi 5,04 persen dari kuartal sebelumnya yang hanya 4,74 persen, karena besarnya peran investasi dan konsumsi pemerintah sangat besar. "Investasi belanja modal pemerintah naik 101 persen, konsumsi pemerintah dari belanja barang tumbuh 83 persen, belanja pegawai 16,5 persen. Setidaknya ini menyelamatkan pertumbuhan ekonomi kita," tegasnya. Namun, Suhariyanto berharap, ke depan pemerintah dapat memacu anggaran negara tidak hanya di kuartal terakhir. Dia pun mengapresiasi upaya pemerintah yang menggenjot pengeluaran khususnya untuk sejumlah proyek-proyek infrastruktur di awal tahun, salah satunya melalui sistem pembiayaan prefunding. "Pelajaran yang bisa kita tarik ke depan adalah, berusaha mencairkan anggaran tidak hanya di kuartal IV tapi merata. Kalau itu dilakukan, itu akan lebih bagus. Jadi sekarang upaya Presiden Jokowi untuk mendorong Kementrian/ Lembaga untuk melakukan gerakan di bulan Januari,"paparnya.  (owi/ken)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: