Harga Pertamax dan Pertalite Turun

Harga Pertamax dan Pertalite Turun

SPBU_HLJAKARTA – Merosotnya harga minyak dunia di respon PT Pertamina (Persero) dengan menurunkan harga dua bahan bakar minyak (BBM). Yakni, pertamax dari Rp 8.350 menjadi Rp 8.150 per liter dan pertalite yang sebelumnya Rp 7.800 sekarang Rp 7.600 per liter. Harga baru berlaku sejak Jumat (5/2). Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang saat dihubungi Jawa Pos mengatakan, harga baru berdasarkan rata-rata hitungan komponen dalam sebulan ini. Meliputi fluktuasi harga minyak dan juga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). ’’Tapi, harganya kami evaluasi tiap dua minggu sekali,’’ katanya. Berdasarkan chart harga minyak dari Nasdaq, selama sebulan ini harga minyak memang cenderung turun. Meski, beberapa kali rebound dengan nilai kenaikan yang tidak setajam penurunan. Jika pada awal Januari harga minyak dunia sempat USD 37 per barel, kemarin turun ke USD 31,61 per barel. Meski demikian, direksi yang akrab disapa Abe itu belum bisa mengatakan apakah penurunan itu juga terjadi pada premium. Seperti diketahui, harga BBM dengan nilai oktan 88 itu akan ditentukan pada akhir Maret. Harga baru, direncanakan mulai berlaku pada 1 April. ’’Itu murni kebijakan pemerintah,’’ jawabnya. Dia meyakinkan kalau pemerintah bakal memberikan harga yang terbaik. Abe lantas mencontohkan saat harga minyak sempat memiliki kecenderungan naik. Namun, sampai periode tertentu pemerintah juga tidak gegabah dengan langsung menaikkan harga BBM. Selain bahan bakar dari Pertamina, SPBU milik Shell juga memberikan respon yang sama atas merosotnya harga minyak dunia. Shell terlebih dahulu menurunkan produknya dengan rentan Rp 100 sampai Rp 300. Seperti Super yang menjadi Rp 8.250 per liter, V-power Rp 9.250 per liter, dan Diesel Rp 8.900per liter. VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menambahkan, berdasarkan perkembangan harga memang sudah saatnya ada nilai baru terhadap dua bahan bakar itu. Namun, dia juga tidak mau menyebut kalau peluang premium akan turun. ’’Untuk premium sudah dinyatakan waktu evaluasinya 3 bulan,’’ katanya. Lebih lanjut dia menjelaskan soal pertalite, saat ini penggunanya sudah mencapai 12 persen dari konsumsi premium nasional. Padahal, produk dengan oktan 90 itu baru berada di 2.138 SPBU. Sampai saat ini, total pengguna hariannya mencapai 3.400 kilo liter (KL) per hari. ’’Meski terus naik, bukan berarti Pertamina akan menghilangkan premium,’’ terangnya. Contoh yang lebih detil, Wianda menyebut di Jakarta. Penjualan di Ibu Kota melalui 265 SPBU dan setiap bulannya terjual 10,4 juta KL. Meningkatnya penggunaan pertalite, disebutnya menjadi tanda bahwa masyarakat makin paham soal BBM berkualitas. BUMN energi itu memang ingin agar masyarakat beralih ke pertalite. Namun, produk yang baru diluncurkan pada Juni 2015 itu tidak diposisikan sebagai pengganti premium. Wianda menyebut, Pertamina ingin masyarakat pindah sendiri setelah mengetahui kualitasnya. Bagaimana dengan harga premium ke depan? Dirjen Migas Kementerian ESDM Wiratmaja Puja belum bisa memastikan. Yang jelas, keputusan untuk mereview harga tiap tiga bulan tidak akan diubah. Namun, dia mengakui kalau harga minyak terus turun, potensi penurunan harga premium terbuka lebar. ’’Kalau harga saat ini turun, tiga bulan ke depan kita akan turun,’’ jelasnya. Seandainya pemerintah menerapkan perubahan harga secara harian, maka Wirat menyebut premium saat ini dibanderol Rp 5 ribuan. Namun, sistem review tiga bulanan membuat pemerintah harus menghitung dalam rentang lebih lama. (dim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: