Perlunya Menelisik Potensi Bakat untuk Meningkatkan Person–Fit, Engagement dan Retensi GenZ dalam Organisasi

Perlunya Menelisik Potensi Bakat untuk Meningkatkan Person–Fit, Engagement dan Retensi GenZ dalam Organisasi

Kegiatan potensi bakat untuk meningkatkan person–Fit, engagement dan retensi genZ dalam organisasi-Tanti Listiyowati-

Ditulis oleh: Tanti Listiyowati
Mahasiswa MM Unissula tahun ajaran 2024/2025

DI tengah perkembangan dunia yang semakin kompleks dan dinamis, perubahan besar dalam pola pikir dan cara kerja generasi baru, terutama Generasi Z (Gen Z) mulai mempengaruhi arah manajemen modern.

Salah satu generasi yang saat ini banyak memasuki dunia kerja adalah Gen Z, yaitu mereka yang lahir antara tahun 1996 hingga 2010.

Gen Z memiliki ciri-ciri yang berbeda dari generasi sebelumnya, seperti lebih mengutamakan fleksibilitas, kreativitas, teknologi, dan nilai-nilai sosial.

Mereka membawa perspektif yang segar dan berbeda dalam dunia kerja karena mereka tumbuh di tengah tantangan global seperti pandemi, perubahan iklim, dan disrupsi teknologi. Mereka tidak hanya memerlukan adopsi teknologi, tetapi mereka juga menuntut perubahan besar dalam cara manajemen organisasi dijalankan.

Salah satu ciri khas Gen Z adalah paradoksnya. Mereka menunjukkan kebutuhan akan manajemen yang lebih fleksibel dan humanis. Sebagai contoh, Generasi Z tidak suka dievaluasi, tetapi mereka membutuhkan feedback; mereka tidak suka diatur, tetapi mereka membutuhkan keteraturan.

Paradoks ini menghasilkan tantangan baru bagi manajer dan pemimpin di seluruh dunia. Paradoks ini diungkapkan oleh penemu tools MSDM baru Ambidextrous yaitu Mbah Don yang berasal dari Malang, Jawa Timur.

Memang masih ada gap dan diperlukan banyak penelitian pendukung, namun tools ini juga berdasarkan riset selama bertahun tahun mengamati Gen Z dan karakter multigenerasi lainnya.

Menurut Beliau pendekatan manajemen tradisional seperti, Scrum, 4DX, dan Balanced Scorecard (BSC), sudah tidak lagi relevan bagi Gen Z. Dengan kebutuhan akan fleksibilitas, inovasi, dan makna dalam pekerjaan, Gen Z menuntut sistem dan framework manajemen yang lebih adaptif.

Gen Z memiliki fitur yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka tidak hanya mencari pekerjaan yang stabil dengan kompensasi yang baik; mereka juga mencari tujuan dan arti dalam pekerjaan mereka.

Bagi mereka lebih penting keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional, keterlibatan emosional, dan kontribusi yang signifikan daripada sekedar kinerja yang diukur KPI tradisional.

Manajemen menghadapi tantangan baru, terutama dalam menyesuaikan strategi untuk generasi yang lebih berfokus pada kolaborasi dan hubungan yang lebih kuat. Organisasi yang gagal beradaptasi dengan perubahan ini akan sulit bersaing di masa depan.

Tantangan dalam menghadapi Gen Z adalah bagaimana menciptakan lingkungan kerja yang bisa memberi mereka makna dan keseimbangan antara pribadi dan pekerjaan (Work Life Balance). Organisasi wajib memberi ruang inovasi yang kolaboratif, fleksibel, menciptakan hubungan emosional atau engagement yang kuat.

Selain dari karakter generasi itu sendiri, setiap manusia menurut Abah Rama, founder Talents Mapping, mempunyai potensi bakat masing masing. bakat (Talent) dimaknai sebagai pola berulang pemikiran, perasaan dan tindakan yang diterapkan secara produktif.

Talents Mapping versi Abah Rama mengungkapkan dominasi tema bakat seseorang dalam 7 urutan teratas dari 34 tema bakat yang ada. Tema bakat dominan inilah yang merupakan “passion” sesorang dalam beraktivitas di mana ia akan merasa Enjoy, Easy, Excellence dan Earn.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: