Rusuh Wamena, 17 Orang Tewas, 318 Diamankan

Rusuh Wamena, 17 Orang Tewas, 318 Diamankan

FIN/RADARMAS DIBAKAR: Salah satu bangunan yang dibakar masa pada saat demo berujung anarkais di Wamena Senin (23/9) kemarin JAKARTA - Konten hoaks isu rasial kembali memancing amarah warga. Ricuh tak terelakan terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (23/9). Sejumlah bangunan dibakar dan di rusak para pendemo. Otoritas bandara setempat pun menutup operasional sejak pukul 10.30 WIT. Direktorat Tindak Pidana Siber Badan Reserse Kriminal Polri terus mendalami akun media sosial penyebar konten hoaks soal isu rasial tersebut. "Yang mereka kembangkan isu yang sensitif di sana tentang rasis. Penyebarnya, akun-akun media sosial yang menyebarkan sedang didalami oleh Ditsiber Bareskrim," terang Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Gedung Mabes Polri, Jakarta, kemarin (23/9). Sayangnya, Polri belum dapat memberikan keterangan secara menyeluruh tentang peristiwa demo berujung kericuhan. Pasalnya kondisi dan situasi belum mereda. Pihak kepolisian Wamena masih melakukan negosiasi dengan massa agar aksi kericuhan tidak meluas. "Aparat fokus meredam kejadian setelah sejumlah fasilitas publik, seperti ruko dan kantor pemerintahan dirusak dan dibakar oleh massa," jelas Dedi. Kepolisian juga mendalami indikasi keterkaitan massa demonstrasi di depan Kampus Universitas Cenderawasih (Uncen) Abepura, Kota Jayapura serta massa unjuk rasa berakhir anarkis di Wamena. "Yang Universitas Cenderawasih dan Wamena beda, tetapi indikasi keterkaitan didalami aparat," ungkapnya. Aparat sesuai permintaan Rektor Uncen meredam kericuhan dengan melakukan negosiasi dengan massa mahasiswa yang menduduki auditorium dan mengganggu kegiatan belajar-mengajar di universitas itu. Massa yang melakukan demo di depan Auditorium Uncen Abepura menuntut pendirian posko untuk mahasiswa Papua yang pulang dari belajar di luar Papua. Namun, aksi tersebut tidak mendapat izin, baik dari Polda Papua maupun dari Rektorat Uncen. Massa kemudian difasilitasi petugas untuk kembali ke daerah Expo Waena menggunakan truk dan bus umum dengan dikawal aparat keamanan. Sementara dalam keterangan resminya, Kapolda Papua Irjen Pol Rudolf A Rodja menyebutkan bahwa aksi demonstrasi di Wamena, karena isu hoaks atau berita yang tidak benar. "Wamena pada minggu lalu ada isu bahwa, ada seorang guru mengeluarkan kata-kata rasis sehingga sebagai bentuk solidaritas melakukan aksi demonstrasi atau unjuk rasa pagi tadi," sebutnya. Perkataan rasial itu merupakan isu yang tidak benar, aparat Kepolisian telah mengecek keabsahan informasi tersebut. "Itu hanya isu, guru tersebut sudah kami tanyakan dan dia katakan tidak pernah keluarkan kata-kata atau kalimat rasis, itu sudah kami pastikan," ujar dia. Terpisah Manager Komunikasi PLN Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat, Onisimus Reba di Jayapura, menjelaskan Kantor PLN Rayon Wamena menjadi pelampiasan. Massa melakukan pembakaran. "Kami belum mendapat penjelasan secara lengkap terkait dengan pembakaran ini," sebutnya. Untuk pembangkit listrik di Wamena, hingga kini belum ada kabar lagi apakah terdampak atau tidak. "Yang jelas kantor bagian depan yang ikut terbakar karena kejadian hari ini di Wamena," lanjutnya. Sementara itu, demo anarkis yang terjadi di Wamena mengakibatkan 17 warga sipil meninggal dunia. Sementara 318 peserta demo yang dipicu hoaks soal rasisme diamankan di Polda Papua. Komandan Kodim (Dandim) 1702/Wamena Letkol Inf Chandra Diyanto mengatakan, demo anarkis dengan melakukan pembakaran bangunan telah menewaskan 17 warga sipil. Sementara yang mengalami luka-luka mencapai 65 orang. "Warga sipil yang meninggal itu akibat luka benda tajam dan warga yang menjadi korban kebakaran," katanya, Senin (23/9). Saat ini kondisi keamanan sudah kondusif. Aparat TBI-Polri tersu berjaga-jaga. "Secara keseluruhan situasi sudah relatif aman namun anggota masih terus berjaga-jaga," kata Letkol Chandra. Aksi demo yang diduga dipicu isu rasisme itu sempat melumpuhkan aktivitas masyarakat di Wamena. Bahkan pendemo dilaporkan melakukan pembakaran dan perusakan terhadap sejumlah fasilitas milik pemerintah dan swasta, termasuk kendaraan bermotor. Sementara di Abepura, Kapolda Papua Irjen Pol Rudolf Rodja mengatakan aksi demo anarkis yang berlangsung di Wamena, menewaskan empat orang termasuk, seorang anggota TNI AD. "Benar dari empat orang yang meninggal, termasuk tiga warga sipil dan satu anggota TNI AD. Pada saat ini, jenazahnya masih di RS Bhayangkara," katanya. Penyebab kematian ketiga warga sipil itu, kata Kapolda, belum dapat dipastikan karena masih diperiksa dokter. Ia menyebutkan penyebab kematian Praka Zulkifli, anggota Yonif 751 Raider, akibat luka-luka diduga terkena benda tajam dan lemparan batu. "Usai menyerang, pedemo melarikan diri ke kawasan Expo sambil menyerang pasukan," jelasnya. Selain menyebabkan empat orang meninggal, enam anggota Brimob luka-luka. Mereka harus mendapat penanganan intensif di RS Bhayangkara. Sementara itu, warga sipil yang terluka dan dirawat di RS Bhayangkara tercatat 20 orang. Rudolf juga mengatakan pihaknya telah mengamankan 318 orang pendemo. Mereka diamankan di Mako Brimob Polda Papua. (tim/gw/fin/ful/acd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: