Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penemuan dan Pengobatan TB Paru di Desa Kemutug Lor
Tim PKM Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang berfoto bersama.-Dok Tim PKM Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang-
Oleh: Tim Pengabdian Pada Masyarakat (Skema PKM) Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama di Indonesia dan juga menjadi penyebab kematian nomor satu untuk kategori penyakit infeksi. Kementerian Kesehatan mencatat kasus Tuberkulosis (TBC) di Indonesia mencapai 1.060.000 kasus. Jumlah ini disebut tertinggi yang pernah ada Akan tetapi yang kini menjadi sorotan Kemenkes, kasus TBC pada anak meningkat drastis atau melonjak tiga kali lipat. Penderita tuberkulosis dapat mengahasilkan 3000 percikan droplet yang dapat menularkan kepada 10 – 15 orang, selain itu tuberkulosis 1,2.
Berdasarkan estimasi Dinkes, di Banyumas pada tahun 2022 terdapat 3.946 orang yang terkonfirmasi positif TBC, akan tetapi berdasarkan hasil temuan di lapangan, tercatat sebanyak 4.372 orang yang terkonfirmasi positif TBC dan merupakan angka kasus tertinggi di Jawa Tengah3,4.
Tuberkulosis atau disebut TB atau TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja dan semua bagian tubuh, bukan hanya paru-paru. Penularan atau infeksi terjadi saat kuman Tuberkulosis yang berada dan bertebaran di udara terhirup oleh orang lain. Saat penderita TB batuk atau bersin tanpa menutup mulut, bakteri akan tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet. Sekali batuk bisa mengeluarkan 3000 percikan dahak yang mengandung sampai 3.500 kuman Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan sekali bersin mengeluarkan 4.500 - 1 juta kuman. Bakteri itu lalu masuk ke saluran pernapasan menuju paru-paru dan dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi dalam 6-14 minggu sekali infeksi.
Siapapun yang berada di dekat orang yang terinfeksi TBC bisa tertular. Tapi yang paling berisiko adalah anak-anak, orang penderita HIV/AIDS, lansia, dan orang dengan Diabetes Melitus.Tak hanya itu, orang-orang yang sering kontak langsung dengan penderita TB dan perokok aktif juga termasuk kelompok berisiko.
Dengan kondisi tersebut maka untuk melakukan pencegahan dan untuk meningkatkan keberhasilan dalam penanggulangan TBC di suatu wilayah diperlukan keikut sertaan masyarakat atau kader. kader memiliki peran sebagai pemberi penyuluhan terkait penyakit TB, membantu menemukan orang yang dicurigai sakit TB dan penderita TB, membantu puskesmas dalam membimbing dan memotivasi PMO untuk selalu melakukan pengawasan menelan obat, menjadi koordinator PMO, dan jika pasien tidak memiliki ...
Tidak hanya itu, keterlibatan masyarakat dalam mencegah dan mendeteksi kasus TB juga diperlukan. Dalam hal ini, masyarakat desa perlu mendapatkan dukungan dari berbagai elemen. Pemberdayaan masyarakat melalui Retraining kader TB,Penyuluhan, Pelatihan Pengawasan Menelan Obat. Sangatlah dibutuhkan.
Prodi Sarjana Terapan jurusan kesehatan lingkungan politeknik kesehatan kemenkes semarang melakukan Pengabdian Masyarakat di Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturaden. Pengabdian Masyarakat ini dilakukan oleh Dosen dan mahasiswa dengan Sasaran adalah Kader TB yng berjumlah 20 Orang.
Narasumber dari Pemegang Program TBC Puskesmas Baturaden, Bidan Desa dan PPTI Kabupaten Banyumas dengan materi meliputi informasi dasar TBC, Tugas kader, Komunikasi, deteksi dini, PMO dan sistimpelaporan. Tujuan pemberdayaan ini adalah agar kader dapat mengembangkan kemampuan dalam melakukan screening ataupun menemukan penderita TB di masyarakat, dapat mengembangkan kemampuan dalam melakukan mengawasi pengobatan penderita TB dan dapat mengembangkan kemampuan dalam mencegah penyakit TBC serta kemampuan mengedukasi masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan dalam memutus mata rantai penularan TBC.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: