Serapan Pupuk Subsidi di Banjarnegara Masih Jauh dari Target

Serapan Pupuk Subsidi di Banjarnegara Masih Jauh dari Target

Seorang petani di Kalibening sedang mentraktor sawahnya.-PUJUD/RADARMAS-

BANJARNEGARA, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Hingga pertengahan Agustus 2024, serapan pupuk bersubsidi di Kabupaten BANJARNEGARA belum mencapai target yang diharapkan.

Data dari Dinas Pertanian, Perikanan, dan Ketahanan Pangan (Distankanak) Banjarnegara, menunjukkan bahwa pupuk subsidi jenis urea hanya terserap sebesar 47,74 persen dari total alokasi 17.069.411 kg.

Pupuk jenis NPK juga mencatat serapan yang rendah, yakni hanya 44,14 persen dari alokasi 17.047.748 kg.

Menurut Setiyanti Nur Rokhmah, Pengawas Mutu Hasil Pertanian Distankanak Banjarnegara, rendahnya serapan pupuk ini sedikit lebih baik dibandingkan dengan angka di tingkat provinsi Jawa Tengah. 

BACA JUGA:Krisis Air Bersih, Warga Banjarnegara Terpaksa Naik Turun Bukit Untuk Mencari Mata Air

BACA JUGA:Dieng Culture Festival 2024 yang Diadakan di Desa Dieng Kulon Banjarnegara, Siap Suguhkan Kejutan Istimewa

"Serapan pupuk bersubsidi harus selesai sebelum 31 Desember 2024. Jika tidak, sisa kuota akan hangus dan digantikan dengan alokasi baru untuk tahun 2025," ujar Setiyanti pada Selasa (20/8/2024). 

Ia juga mengingatkan, para petani untuk segera memanfaatkan tambahan kuota pupuk yang diberikan pada Mei 2024. 

"Penting bagi petani untuk mulai menebus pupuk dan mempersiapkan diri untuk musim tanam berikutnya. Bagi yang masih membutuhkan tambahan alokasi, segera konfirmasi ke balai penyuluhan," katanya.

Faktor lain yang turut menyebabkan rendahnya serapan adalah, adanya tambahan kuota pupuk yang baru diberikan pada bulan Mei. Sementara kebutuhan pupuk sudah ada sejak awal tahun.

Agus, seorang petani dari Kecamatan Kalibening, mengungkapkan bahwa salah satu kendala yang dihadapi adalah seringnya kartu tani mengalami gangguan saat digunakan untuk menebus pupuk. 

"Karena sering terjadi error, banyak petani yang khawatir menggunakan kartu tersebut," ungkapnya.

Musim kemarau yang berkepanjangan juga memengaruhi serapan pupuk, karena banyak petani yang belum memulai proses tanam. 

"Pemupukan biasanya dimulai pada bulan September, terutama setelah beberapa kelompok tani menerima bantuan mesin pompa air," tambah Agus. (jud)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: