Muhamad Kodir Ajari Pasien Gangguan Jiwa Bikin Paving

Muhamad Kodir Ajari Pasien Gangguan Jiwa Bikin Paving

AKRAB : Muhamad Kodir (berkacamata) mengajarkan membuat paving pada orang dengan gangguan jiwa. ISTIMEWA Sudah hampir 17 tahun, Muhamad Kodir mengabdikan dirinya pada misi kemanusiaan. Dari merawat, membina hingga menyembuhkan orang-orang yang memiliki gangguan kejiwaan. RAYKA DIAH, Cilacap Penampilannya sederhana, berkacamata dan sering menggunakan batik serta celana panjang. Kodir -begitu dia biasa disapa- sudah puluhan tahun merawat orang dengan gangguan jiwa dan lansia. Menurut lelaki kelahiran 39 tahun lalu, merawat orang gila dan lansia merupakan panggilan jiwa. "Rasa peduli sudah muncul sejak saya masih remaja. Di usia itu, saya sering mengikuti berbagai komunitas sosial," kata Kodir yang besar di Nganjuk, Jawa Timur. Dengan aktivitasnya di bidang sosial, Kodir akhirnya memutuskan untuk kuliah di jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dia memilih "ngampus" di Universitas Muhammadiyah Malang. Saat kuliah hingga lulus, Kodir tak pernah berhenti melakukan kegiatan sosial. "Pada tahun 2001 saat konflik Sampit-Madura, saya tetapkan untuk menjadi relawan untuk membantu mengatasi trauma para pengungsi. Satu minggu saya di Madura," kata dia. Hidup terus berjalan, begitu juga dengan Kodir dalam meniti karir. Sesuai dengan latar belakang pendidikannya, Kodir berhasil diterima menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). Dia pernah bertugas di Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Kemudian dipindah ke Kabupaten Cilacap sebagai Kepala Seksi Rehabilitasi dan Bimbingan Sosial Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap dan Rumah Pelayanan Sosial Cilacap. "Selalu berhubungan dengan orang yang memiliki gangguan jiwa," ujarnya. Menurut Kodir, merawat orang dengan gangguan jiwa susah-susah gampang. Gampangnya orang dengan gangguan jiwa tidak jauh beda dengan orang normal lainnya hanya saja memorinya kosong sehingga harus diisi dari awal. "Sama seperti orang normal lainnya. Mereka seperti anak kecil. Jadi harus diajari dari awal. Seperti cara menggosok gigi, mandi, dan lainnya. Selain itu mereka juga takut kepada petugas. Jadi kalau ada petugas bilang awas ada petugas," kata dia. Sementara susahnya, tambah Kodir, kalau sedang kumat mereka suka bertindak yang aneh-aneh. Seperti memukul. Bahkan ada yang sampai melukai diri. "Dulu pernah kena pukul, tapi Alhamdulillah bisa diatasi. Intinya harus sabar," terang Kodir. Kodir menceritakan, orang dengan gangguan jiwa yang ditangani datang dari berbagai profesi, jenis kelamin, usia dan beragam masalah. Bahkan tak jarang dia menangani mahasiswa yang mengalami gangguan jiwa. "Ada juga yang mengalami putus cinta ditinggal pacar sampai gila. Tapi kita selalu memperlakukan mereka sama. Kita ajari agama dan juga seni tari. Mereka bahkan bisa menari dan bernyanyi secara kompak. Intinya mereka itu sama dengan kita," kata Kodir. Lebih lanjut dikatakan, saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa menerima keberadaan orang dengan gangguan jiwa. Tak jarang yang sudah sembuh kambuh lagi karena dikucilkan di masyarakat. Selain merawat orang dengan gangguan jiwa, Kodir juga sangat "akrab" dengan para lansia. Dengan kesabaran, dia merawat para lansia dengan penuh kasih sayang. "Saya selalu menamakan ke anak-anak saya bahwa bersikap baik kepada orang lain sangat diperlukan. Apalagi kepada orang-orang yang lebih tua. Saya di panti lansia juga banyak belajar bagaimana lebih menyayangi dan menghargai orang tua," tuturnya. Dikatakan Kodir, lansia yang masuk ke panti ada yang karena ditelantarkan oleh anaknya sendiri hanya karena harta warisan. "Kasusnya kompleks, beragam dan bervariasi," ujar Kodir yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Saat ini Kodir sudah "keliling" ke beberapa kabupaten di Jawa Tengah demi misi kemanusiaannya. "Saya ingin menyembuhkan orang-orang yang memiliki trauma, baik korban bencana alam maupun permasalahan lainnya. Intinya jangan pelit ilmu, apalagi jika kita bisa berguna bagi orang banyak," pungkasnya. (*/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: