Banner v.2

Kantung Semar Endemik Gunung Slamet Mulai Langka, Memperjualbelikan Bisa Kena Pidana

Kantung Semar Endemik Gunung Slamet Mulai Langka, Memperjualbelikan Bisa Kena Pidana

BANYUMAS - Bagi kebanyakan orang, tanaman Kantong Semar (Nephentes) pasti jarang ditemui. Hal itu karena langkanya tanaman Kantong Semar. Terlebih Kantung Semar endemik Gunung Slamet, Nephentes Adrianii. Di habitat aslinya, Gunung Slamet, tanaman ini sangat jarang ditemui. Hal ini membuat sejumlah pecinta tanaman di Kabupaten Banyumas mulai merilis tanaman endemik Gunung Slamet ini. Bukan hanya mengembalikannya ke alam, mereka juga mulai membudidayakan dengan menambahkan jumlahnya. Hal ini bertujuan agar tanaman tersebut tidak punah dikemudian hari. https://radarbanyumas.co.id/duh-tanaman-hias-median-jalan-di-purwokerto-banyak-dicuri-dlh-tolong-dijaga-bersama/ Green House di Bumi Adventure Forest (BAF) menjadi tempat penyelamatan sekaligus budidaya kantong semar ini. Pegiat Konservasi Tanaman Kantong Semar Endemik Gunung Slamet, Agus Triono atau yang akbrab di sapa Yono ini mengaku penyelamatan tanaman tersebut tak lepas dari peran mapala Mahupa dan lainnya. "Ini kantong semar endemik gunung Slamet. Temen-temen yang menyelamatkan diperbanyak, kemudian dibudidayakan hingga nanti dirilis ke alamnya. Kita bekerjasama dengan stakeholder dan pemerintah daerah untuk melestarikannya," katanya. Iapun Iebih mengenalkan dan mengingatkan masyarakat untuk tidak bisa memperjualbelikan tanaman ini. Menurutnya memperjual belikan tanaman jni bisa terjerat Pasal 21 Ayat 1 Huruf a Jo Pasal 40 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dengan ancaman hukum pidana penjara maksimum 5 tahun dan denda maksimum Rp100 juta. "Percuma juga, karena tanaman ini hanya bisa hidup di ketinggian minimal 1.000 mdpl, " ujarnya. Dari pantauan pecinta alam, tanaman tersebut sudah sangat minim di habitat aslinya. "Kita terus lakukan tahapan penanaman kembali. Ini gerakan baru beberapa bulan. Sekitar enam bulan lalu," katanya. Kepala Divisi Studi Lingkungan Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (SLP3M) Mahupa Unwiku, Rizky Nurjamali dari hasil penelitian pihaknya sejak tahun 2016 keberadaan tanaman tersebut memang sangat langka. Bahkan jumlahnya hanya sekitar 2.600 tanaman di alam liar. "Tanaman ini sudah sangat langka, tanaman yang hanya ada di Gunung Slamet. Sehingga kita berharap kedepannya baik seluruh mapala pemerintah dan masyarakat. Mampu berduyun-duyun melestarikan, " ujarnya. Hari ini, Rabu (20/10) menurut dia merupakan percobaan rilis ke alam liar. Dan akan terus dipantau dalam beberapa bulan. Jika berhasil akan ada ratusan tanaman yang dilepaskan ke alamnya. "Jumlah di kami sekarang sekitar 300 an. Sebagian ada yang mati," katanya. (ali)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: