Banner v.2
Banner v.1

Ebeg Kesenian Asli Banyumasan

Ebeg Kesenian Asli Banyumasan

Ebeg, Kesenian Asli Banyumasan-Radar Banyumas -

Ebeg Banyumasan biasanya di mulai di waktu setelah Duhur sekitar pukul 13.00 hingga 15.00. Dalam panggungnya yang lapang dan terbuka, pertunjukan ini mempersembahkan harmoni gerakan, musik, dan unsur magis yang kental.

Pementasan Ebeg didukung oleh gendhing pengiring yang mencakup kendang, saron, kenong, gong, dan terompet. Penari Ebeg, mengenakan kostum kuda terbuat dari bambu, menyajikan keindahan gerakan yang dipadukan dengan alunan musik Banyumasan yang khas.

Sesaji (uba rampe) menjadi bagian tak terpisahkan dari keseluruhan pertunjukan, menghadirkan keindahan bunga-bungaan, pisang, kelapa muda (degan), jajanan pasar, dan elemen-elemen lain yang memberikan nuansa lokal yang kaya. 

Lagu-lagu Banyumasan seperti ricik-ricik, Tole-Tole, Waru Doyong, sekar gadung gudril, blendrong, lung gadung, dan cebonan menjadi pengiring yang sempurna untuk setiap gerakan tarian.

Penari Ebeg dibentuk dalam formasi unik, dengan satu orang sebagai penthul-tembem (pemimpin atau dalang) yang memiliki tanda khusus berupa topeng. Pemain gamelan (niyaga), yang berjumlah 7 orang, menampilkan sinergi yang sempurna dengan penari. 

BACA JUGA:Jadi Penari Ebeg Ternyata Berisiko, Apa Saja Risikonya?

BACA JUGA:Berkenalan dengan Alat Musik Gamelan, Pengiring dalam Pertunjukkan Ebeg Banyumasan

Pertunjukan ini juga melibatkan Penimbun, seorang ahli dalam menyembuhkan dan membawa keluar roh-roh gaib dari tubuh para penari yang mengalami kesurupan pada fragmen terakhir.

Kesurupan yang dialami oleh para penari menjadi suatu pengalaman yang menggugah, dipicu oleh pembakaran kemenyan sebagai syarat pementasan. Penimbun bertugas tidak hanya untuk menyembuhkan, tetapi juga untuk mengusir roh gaib, menambah dimensi mistis dalam pertunjukan ini. 

Ebeg Banyumasan menjadi sarana-sarana tambahan yang menambah keindahan dan makna mendalam. Meja dengan susunan sesaji, terletak di atas tikar seperti dawegan atau kelapa muda, menjadi bagian penting dalam menghias panggung pertunjukan. 

Sarana ini mencakup padupan (tempat pembakaran menyan), kembang setaman dalam baskom, singkong, kacang tanah, pisang, dan berbagai sesaji lainnya, memberikan nuansa lokal yang kaya.

Pertunjukan Ebeg, yang seringkali digelar sekitar jam 2 siang, dirancang untuk menarik penonton yang telah selesai bekerja. Setelah rangkaian tari-tarian yang mempesona, acara dilanjutkan dengan janturan, sebuah tahapan di mana beberapa penari mengalami kesurupan. Penimbul, dengan memberikan mantra khusus kepada yang kesurupan, menciptakan pengalaman mistis yang menarik dan menyentuh.

BACA JUGA:Tarian Ebeg, Salah Satu Warisan Budaya Kebanggan Warga Banyumas

BACA JUGA:Ebeg, Kesenian yang Dipenuhi dengan Kesurupan

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: