Hadang Sedimentasi Bendungan Mrica, Ratusan Ribu Bibit Aren Disiapkan Rehabilitasi Hulu Sungai Serayu
Penanaman bibit aren di area lokasi DAS Merawu.-PUJUD/RADARMAS-
BANJARNEGARA, RADARBANYUMAS.CO.ID - Upaya penyelamatan fungsi Bendungan Mrica dari ancaman sedimentasi jangka panjang mulai dilakukan secara nyata. Di Kampung Ilmu Serayu Network, Banjarnegara, ratusan ribu bibit aren saat ini sedang dibibitkan sebagai bagian dari program konservasi besar-besaran di kawasan hulu Sungai Serayu, khususnya di daerah aliran sungai (DAS) Merawu.
Program ini menjadi reaksi atas makin parahnya sedimentasi yang dalam dua dekade terakhir telah memangkas kapasitas tampung bendungan secara drastis. Reboisasi menjadi pilihan logis untuk meredam laju erosi tanah, terutama di wilayah perbukitan curam yang selama ini ditanami tanaman semusim seperti kentang.
“Target keseluruhan adalah 200 ribu bibit aren. Saat ini sebagian sudah mulai ditanam di lapangan, sementara sisanya masih dalam proses pembibitan yang membutuhkan waktu sekitar delapan bulan,” ujar Maman Fansyah,
Fokus penanaman diarahkan ke desa-desa rawan longsor dan erosi seperti Suwidak, Karangtengah, Pagentan, hingga Nagasari. Selain menyiapkan bibit, mereka juga menggandeng masyarakat lokal dalam proses budidaya, penanaman, dan pemeliharaan.
BACA JUGA:Waspada, Kawanan Monyet Menyeberang Jalan di Jalur Tapen Dekat Bendungan Mrica Banjarnegara
Nazrul Very Andhi, Senior Manager PLN Indonesia Power UBP Mrica, menyebut tanaman aren dipilih bukan hanya karena keunggulannya dalam menahan tanah, tetapi juga karena potensi ekonominya yang bisa dinikmati masyarakat.
“Akar aren kuat menahan longsor, cocok di lereng terjal, dan mudah tumbuh. Tapi lebih dari itu, kami ingin masyarakat memahami bahwa ini bisa menjadi sumber penghasilan, seperti dari gula semut dan nira. Jadi bukan cuma ekologi, tapi juga ekonomi,” tegas Nazrul, Rabu (14/5/2025).
Sebagai bagian dari pendekatan multiperan, PLN Indonesia Power juga menyiapkan 20 ribu bibit kopi untuk ditanam di area penyangga, menambah keragaman tanaman konservasi bernilai ekonomi tinggi.
Dukungan terhadap pendekatan ini juga datang dari akademisi Universitas Indonesia, Imam Prasojo, yang menyebut model konservasi berbasis masyarakat sebagai satu-satunya jalan keluar jangka panjang dari kerusakan DAS yang telah lama diabaikan.
“Tanaman semusim seperti kentang menjadi penyebab utama sedimentasi. Maka menggantinya dengan tanaman tahunan seperti aren dan kopi adalah langkah strategis,” ungkap Imam. (jud)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


