Oleh : Faiz Fauzi
Sekbid Hikmah dan Kebijakan Publik PDPM Banyumas
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh ampunan dan penuh keberkahan. Semua umat islam merayakan dengan penuh suka cita. Karena di dalam bulan ini, kaum muslimin berkumpul di masjid untuk menjalankan ibadah tarawih secara berjamaah. Bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa dari bulan-bulan lainnya, karena pada bulan ini mempunyai banyak keberkahan yang seharusnya bisa kita ambil sebagai pahala untuk bekal kehidupan di Akhirat kelak. Salah satu upaya kita sebagai seorang muslim agar dapat mengambil indahnya keberkahan di bulan Ramadhan yakni seorang muslim diwajibkan untuk menahan diri dari amarah dan hawa nafsunya.
Ramadhan juga merupakan bulan yang sangat istimewa bagi seluruh umat Islam. Di bulan Ramadhan ini, doa-doa kita Insyallah diijabah oleh Allah SWT, keberkahan yang banyak, dan pintu surga dibuka selebarnya untuk kaum muslimin yang melakukan kebaikan. Selain itu, bulan Ramadhan bahkan juga dimaknai sebagai bulan dengan sejuta kemuliaan. Tak hanya melaksanakan puasa ansich, namun ada banyak amalan-amalan yang bisa kita lakukan selama bulan Ramadhan. Di bulan ini, umat Muslim berlomba mendapatkan kebaikan Ramadhan (fastabiqul khairat).
Di Indonesia bulan Ramadhan kali ini sangat menarik, karena berdekatan dengan pesta demokrasi yaitu Pemilihan Umum (PEMILU) 2024. Kali ini pemilu dilaksanakan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden serta Calon legislatif. PEMILU Presiden dan Wakil Presiden diikuti oleh tiga pasangan calon, yaitu nomer urut 01 sodara Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, 02 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, serta 03 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Tepatnya pada Hari Rabu 14 Februari 2024 seluruh rakyat Indonesia telah menggunakan hak pilihnya untuk menentukan pemimpin baru bagi Indonesia lima tahun kedepan.
Pemilu serentak 2024 sudah kita jalani dengan baik. Kita patut mengapresiasi KPU yang dapat menjalankan programnya dengan baik meskipun masih menuai kritik yang beragam dari berbagai pihak. Seperti pemilu-pemilu sebelumnya, polarisasi politik menjadi hal yang dibilang lumrah, itu terjadi sejak pra-pemilu bahkan pasca-penghitungan suara. Harapannya pesta demokrasi ini dapat berjalan dengan baik dan damai. Penting bagi semua pihak untuk berupaya menciptakan situasi yang kondusif, dengan mengedepankan dialog dan rekonsiliasi politik untuk mendamaikan perbedaan.
Telah kita ketahui bersama bahwa rekapitulasi di KPU (Komisi Pemilihan Umum) masih berjalan sampai batas terkahir 20 Maret 2024. Namun versi Quick Count telah beredar memenangkan pasangan calon momor urut 02 yaitu Prabowo Subianto dan Kibran Rakabuming Raka. Banyak yang berpendapat bahwa Quick Count dan Real Count KPU tidak akan berbeda yang sangat jauh. Hal ini menjadikan polarisasi di tengah masyarakat.
Polarisasi masyarakat, jika tidak dikelola dengan baik dapat berakibat pada konflik sosial, menimbulkan perpecahan, dan krisis kepercayaan masyarakat terhadap institusi dan proses demokratis. Kondisi ini juga mempengaruhi koherensi sosial yang mengakibatkan masyarakat terbagi dalam "kubu-kubu" politik yang kaku, mengurangi ruang untuk dialog dan kompromi. Dalam konteks tersebut, penting bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pemilu untuk mempromosikan kampanye yang berbasis pada diskusi substantif dan menghindari retorika yang memecah belah.
Jika tidak dimanage dengan baik, polarisasi yang terjadi di masyarakat dapat berakibat pada konflik vertikal dan horizontal. Secara sosial, perpecahan dan krisis kepercayaan terhadap institusi dan proses demokrasi menjadikan masyarakat terbagi dalam “kubu-kubu” politik cenderung kaku. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan memanfaatkan situasi dan kondisi tersebut untuk mengambil keuntungan pribadi. Maka untuk menghindari perpecahan harus dibuka ruang dialog dan kompromi. Hal ini penting dilakukan mengingat banyak pihak yang terkibat dalam pemilu untuk mengkampanyekan diskusi yang sustantif dan untuk persatuan bangsa.
Pasca Pemilu, bulan Ramadhan menjadi momentum yang berharga bagi masyarakat untuk menyatukan hal yang terpecah belah.
Meskipun perbedaan politik mungkin telah menimbulkan polarisasi sebelumnya, Ramadhan memberikan kesempatan bagi semua umat untuk merangkul persatuan dan solidaritas. Di tengah suasana yang penuh berkah, orang-orang dari berbagai latar belakang politik, agama, dan budaya dapat berkumpul untuk bersama-sama berbagi kebersamaan dalam menjalani ibadah puasa, refleksi spiritual, dan kegiatan sosial yang memperkuat tali persaudaraan. Lebih dari sekadar puasa dan beribadah, Ramadhan menuntut kita untuk merenungkan pentingnya persatuan dalam masyarakat yang beragam.
Setelah periode kampanye yang mungkin memicu perpecahan, bulan suci Ramadhan memberikan kesempatan bagi kita semua untuk menempatkan perbedaan politik di samping dan fokus pada apa yang menyatukan kita sebagai manusia. Suasana politik yang memanas selama periode Pemilu mungkin telah membawa gesekan sosial di antara masyarakat. Namun, Ramadhan dapat menjadi momentum untuk memperbaiki hubungan yang terganggu dan membangun kembali rasa harmoni di antara sesama anak bangsa.
Ramadhan, selain menjadi bulan ibadah yang penuh berkah, juga merupakan waktu yang tepat untuk memperbaiki hubungan sosial dengan sesama manusia. Tidak hanya dengan sesama umat Islam, tetapi juga dengan seluruh lapisan masyarakat. Ini adalah momen yang tepat untuk meningkatkan sikap toleransi, saling pengertian, dan semangat gotong royong di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.
Kita harus menyikapi hasil Pemilu dengan sikap yang tenang dan bijaksana. Tidak perlu membuat narasi-narasi yang memecah belah persatuan bangsa. Sebaliknya, kita harus tetap menjaga kedamaian dan merangkul perbedaan sebagai kekayaan yang memperkaya bangsa Indonesia. Selama bulan Ramadhan, masyarakat harus ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Berbagi kepada sesama yang membutuhkan, meskipun di tengah kenaikan harga kebutuhan pokok yang kerap terjadi menjelang bulan puasa. Momentum ini adalah kesempatan untuk memperkuat hubungan sosial dengan lebih banyak berbagi, karena di situlah sejatinya nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian tercermin. Di tengah gejolak politik dan perbedaan pandangan yang mewarnai jalannya proses demokrasi, bulan suci Ramadhan hadir sebagai pengingat akan pentingnya membangun hubungan yang harmonis dan saling menghormati di antara sesama. (*)