Rata-rata pusaka berbahan besi yang tentunya ada debu dan kotoran yang menutupi pamor. Usai dibersihkan, pamor pada pusaka akan terlihat dengan jelas dan indah.
Berdasarkan pengelola museum, kegiatan jamasan merupakan wujud pelestarian budaya yang diedukasikan bahwa perawatan pusaka tersebut bukan dalam kontek mistis atau musrik.
Salah seorang pegiat seni Purbalingga, Cune Yulianto, mengutarakan bahwa ia sangat senang dengan upaya yang dilakukan pengelola museum. Terutama dalam menjaga kebersihan tosan aji koleksinya melalui prosesi jamasan.
BACA JUGA:Pemasangan 1.298 APS Parpol dan Bacaleg di Purbalingga Melanggar Perda Nomor 9 Tahun 2016
BACA JUGA:Braling Grand Hotel by Azana, Menjadi Salah Satu Hotel yang Wajib Dikunjungi Saat ke Purbalingga
Menurut Cune, jamasan pusaka sebagai bentuk melestarikan budaya tentang perawatan terhadap pusaka. Saat pelaksanaan Jamasan Pusaka 2013, Cune mengungkapkan bahwa ia menyayangkan masih adanya anggapan sebagian masyarakat yang mengaitkan prosesi jamasan pusaka dengan hal-hal yang membawa kemusyrikan.
Menurutnya, prosesi jamasan pusaka hanyalah salah satu upaya untuk membersihkan pusaka dan tosan aji agar tetap lestari.
Katanya lagi, keris itu bukan hal yang musyrik dan harus disembah. Tetapi ini merupakan peninggalan sejarah kebesaran nenek moyang dalam membuat tosan aji.
Jamasan pusaka yang dilakukan oleh pengelola Museum Soegarda, ditangani oleh lima orang penjamas yakni Ari Purwoko, Hery Sujatno, Urip Tridadi, Kuat Budi Cahyo dan Urip.
Mereka menjamas pusaka peninggalan mantan bupati Purbalingga dengan dibersihkan satu per satu. Koleksi peninggalan para bupati yang tersimpan di museum itu, adalah 13 buah tombak, 3 buah keris dan satu payung pusaka.
Sebenarnya koleksi pusaka yang tersimpan di Museum Soegarda jumlahnya mencapai ratusan. Bukan hanya koleksi benda pusaka para bupati, termasuk benda pusaka dan tosan aji milik warga yang dititipkan untuk disimpan di museum.
Namun yang rutin dijamas ada 76 pusaka yang mana punya nilai historis kuat. Di antaranya ada jenis keris ada 50 buah, lainnya berupa pedang arab, cundrik, kujang dan pedang kecil.
Kini kalian sudah tahu mengenai budaya jamasan pusaka museum Soegarda, sehingga memahami bagaimana positioning pemahaman akan pusaka yang tidak selalu dikaitkan dengan mistis dan musyrik. (okt/*)