RADARBANYUMAS.DISWAY.ID- Laisan merupakan salah satu kesenian khas Banyumas. Laisan atau yang dikenal dengan Sintren ini, merupakan tari yang melibatkan roh lain yang masuk ke raga penari.
Sebenarnya, laisan tak hanya berada di daerah Banyumas. Tari ini menyebar di beberapa daerah di Jawa Barat dan bagian utara Jawa Tengah.
Kesenian khas Banyumas, Laisan ini menampilkan sosok penari pria yang di atas badannya ditindih dengan lesung. Kemudian masuk ke kurungan ayam yang diiringi dengan musik-musik tradisional.
Sembari di dalam kurungan tersebut, biasanya akan ada pengucapan mantra-mantra khusus. Dan saat kurungan dibuka sang penari pria sudah berganti mengenakan pakaian wanita lengkap.
BACA JUGA:Kesenian Ebeg: Budaya Banyumasan yang Aktraktif
BACA JUGA:Kesenian Cilacap Dikembangkan, Cilacap Kerjasama dengan ISI Surakarta
Tentu saja, jiwa yang berada di dalam tubuh si penari pria, bukanlah jiwa aslinya. Alias, sang penari sedang kesurupan. Dan di saat-saat inilah penari mulai melakukan pertunjukan tarinya.
Tentang Laisan Kesenian Khas Banyumas
Nah, untuk menambah pengetahuanmu seputar Laisan ini, yuk simak hal menariknya di bawah ini.
1. Merupakan Kisah Cinta antara Sulandono dan Sulasih
Tari Laisan sendiri merupakan kisah asmara antara Sulandono, putra dari Ki Baurekso dan Dewi Ratnasari yang mencintai gadis desa bernama Sulasih.
Namun, karena tak direstui oleh Ki Baurekso, Sulandono memutuskan untuk bersemedi di suatu tempat, sedangkan Sulasih memilih jalan lain yakni menjadi penari. Walaupun terputus oleh jarak, mereka tetap dapat bersua di alam gaib.
BACA JUGA:Bupati Purbalingga Minta Masyarakat Lestarikan Budaya Lokal
BACA JUGA:Pawai Budaya Dipadati Ribuan Warga, Peserta Tampilkan Berbagai Seni dan Budaya
Laisan ini memperagakan Sulandono yang ditunjang oleh seorang pawang, yang juga disanding dengan lagu pujian dan karawitan sederhana untuk bertemu dengan kekasihnya yakni Sulasih.
Saat sang penari pria kesurupan, itu menandakan kalau rohnya sedang menjalankan penjelajahan lintas dimensi.
Barulah saat kurungan ayam dibuka dan penari telah berganti baju dengan pakaian wanita, itu tandanya roh Sulandono dan Sulasih berhasil bertemu. Dan saat ini pula penari akan berkeliling meminta sumbangan.
2. Ditampilkan Bersama Pertunjukan Ebeg
Laisan seringnya ditampilkan di tengah-tengah pertunjukan ebeg. Tari ebeg juga merupakan salah satu kesenian khas Banyumas yang sampai saat ini masih saja eksis dan diminati.
BACA JUGA:Mengenal Lebih Dalam Kesenian Ebeg, Kuda Lumping Asal Banyumas yang Bisa Bikin Mendem
Kedua tari ini pada dasarnya memang memiliki kekuatan magis yang cukup kuat, ya, guys. Terbukti, baik laisan maupun ebeg kedua penarinya sama-sama melakukan pertunjukan dalam kondisi kesurupan.
3. Di Daerah Lain Ada yang Menyebutnya dengan Tari Sintren
Indonesia memiliki berbagai macam bahasa. Meski sama-sama Bahasa Jawa, terkadang ada sejumlah perbedaan antara daerah satu dan yang lain.
Contohnya nama Laisan ini. Di daerah lain, ada yang menyebutnya dengan Sintren.
Akan tetapi, yang membedakan dengan laisan ialah sintren ini diperankan oleh wanita. Selain itu, perbedaan yang lain adalah sintren tidak ditampilkan bersama ebeg alias pertunjukan tunggal.
BACA JUGA:Siswa SMP Negeri 1 Lumbir, Tidak Hanya Belajar Materi Soal Ebeg