Ingatannya tertuju sekitar tujuh tahun silam. Saat Saeful Amin, menjadi relawan di Pidie Jaya Aceh. Gempa tersebut membuatnya harus meninggalkan istri dan anak keduanya yang baru berusia empat hari.
---------------------
MAHDI SULISTYADI, Purwokerto
-----------------------
SAEFUL, yang kini menjadi Asisten Supervisor Pusdalop BPBD Banyumas terpilih sebagai salah satu dari Tim-21 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Hanya 21 orang yang ditugaskan, diambil dari perwakilan Jawa-Bali.
"Saat itu saya dikabari Kepala BPBD Banyumas. Diminta stand by telepon, karena akan ada yang menghubungi," kata dia.
Tak lama gawainya bergetar. Rupanya itu panggilan langsung BNPB. Ia diminta sampai di kantor BNPB yang ada di Jakarta, hari itu juga.
Tak tergambar dengan jelas saat itu. Yang pasti, itu tugas kemanusiaan. Ada sedikit upacara pemberangkatan di Stasiun saat itu, pun ditambah pesan singkat dari kawan-kawannya menyemangatinya, yang semakin membuatnya khawatir tugasnya.
BACA JUGA:Pangkas Rambut Hingga Puluhan Siswa Sehari, Hingga Berbagi Trik Agar Anak Nurut Dicukur
"Barulah di Jakarta dijelaskan dengan lengkap. Tugasnya di lokasi bencana, yang saat itu ada tiga kabupaten dengan daerah rawan konflik," kata dia.
Dia menceritakan, saat itu, semua relawan dilarang masuk lokasi yang dituju itu. Maka, Tim-21 yang berisi kumpulan dari BPBD di daerah, disulap layaknya tentara.
"Kami cukur gundul saat itu. Jika ditanya, saya bilang saya aparat. Sebab kalau bilang dari relawan, habislah kami," kata dia.
Tim-21 diterbangkan menggunakan Hercules. Dan akan bergabung dengan 17 tentara asli. "Saat itu, tugas kami adalah membuat balai desa, sekolahan, kantor, puskesmas, dan fasilitas lainnya namun menggunakan tenda," katanya.
BACA JUGA:Kisah Reviana Wulandari, Atlet Tinju Wanita Asal Banyumas, Bermula Ikut Anak Paman Berlatih Tinju
Sepengetahuannya, Ia ditugaskan 10 hari. Namun tiga bulan lamanya Ia berada di tempat itu. "Jangankan vidio call. Tak ada sinyal. Saya tak bisa mengabari keluarga tiga bulan lamanya," kata dia.