Budayawan Banyumas Ahmad Tohari : Orang Banyumas Ternyata Dari Kaltim

Rabu 31-05-2023,12:24 WIB
Reporter : Dimas Prabowo
Editor : Tangkas Pamuji

Banyak masyarakat yang belum familiar dengan asal-usul orang Banyumas, bahkan mungkin masyarakat Banyumas sendiri. Banyumas, sebuah daerah di Jawa Tengah bagian barat-selatan, dekat dengan perbatasan Jawa Barat. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa yang disebut bahasa Jawa Banyumasan atau sering disebut bahasa "Ngapak".

Bahasa "Banyumasan" atau dikenal dengan bahasa "Ngapak" ini digunakan oleh penduduk di Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan Banjarngara, serta sebagia masyarakat Kebumen.

Seorang budayawan asli Banyumas, Ahmad Tohari mengungkapkan bahwa orang Banyumas sebenarnya berasal dari Kalimantan Timur (Kaltim). 

"Penelitian antropolog Belanda, Daniel Van Der Meulen, menjelaskan, leluhur masyarakat Banyumas datang ke daerah ini sekitar 1.000 tahun yang lalu. Namun, informasi ini masih belum banyak diketahui oleh masyarakat." ungkapnya dalam sambutan malam puncak Diesnatalis IT Telkom Purwokerto ke-21, minggu malam (28/5/2023).

Sekelompok masyarakat ini, yang kemudian dalam perkembangannya jadi sub-etnis Jawa, dan memiliki karakteristik bahasa yang khas.

"Disebut Bahasa 'Ngapak', karena pengucapan huruf 'K' di akhir kata yang tajam. Selain itu, bahasa Banyumasan atau 'Ngapak' ini juga ditandai oleh dominasi vokal 'A'." terang penulis Buku Ronggeng Dukuh Paruk ini.

Perbedaan ini, yang membuat bahasa Banyumasan berbeda dari bahasa Jawa lainnya, yang cenderung menggunakan vokal "O". 

Ahmad Tohari juga mengungkapkan, bahwa sebuah peneliatan menejlaskan bahwa bahasa Banyumasan atau "Ngapak" ini, adalah Turunan atau lanjutan dari bahasa Kawi, bahasa Jawa kuno yang tidak memiliki sistem kasta.

Meskipun bahasa Jawa telah mengalami perubahan vokal dari "A" menjadi "O" seiring perkembangan zaman, orang Banyumas dan sekitarnya tetap mempertahankan bahasa "Ngapak". 

Letak geografis wilayah Banyumas yang cukup jauh dari pusat kebudayaan Jawa, seperti Surakarta dan Yogyakarta, juga berperan dalam mempertahankan bahasa "Ngapak". 

Hal Itu dikarenakan, masyarakat Banyumas jaman dahulu, masih menganut tradisi Buddha, tradisi yang tidak ada sistem kasta.

Pada masa lalu, jarak antara wilayah Banyumas dengan wilayah pusat kerajaan sangatlah jauh. Karena itu, perkembangan dan perubahan bahasa yang terjadi di wilayah yang dekat dengan pusat kerajaan (Surakarta dan Yogya) tidak terlalu berdampak pada masyarakat di wilayah Banyumas.

Budayawan Ahmad Tohari menekankan pentingnya mempertahankan bahasa Banyumasan dan mendorong generasi muda untuk melestarikannya. 

Baginya, bahasa adalah aspek puncak kebudayaan dan merupakan sumber bahasa nasional. Dia berpendapat bahwa keluarga dan sekolah memiliki peran kunci dalam mempertahankan dialek Banyumas ini. 

Dia selalu mendorong keluarga muda untuk menggunakan bahasa daerah di rumah agar anak-anak tetap bisa menggunakan bahasa ibu mereka. Dan Bahasa Indonesia dapat dipelajari di sekolah secara otomatis.

Tags :
Kategori :

Terkait