PURWOKERTO - Corat-coret seragam sekolah kerap terjadi tiap tahun saat momen kelulusan. Bahkan biasanya, setelah itu mereka konvoi sebagai bentuk euforia kelulusan.
Dosen Sosiologi Fisip Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Dr Tri Wuryaningsih MSi yang juga pegiat perempuan dan anak mengatakan bahwa para remaja ini memiliki cara selebrasi. Salah satu bentuk bagaimana remaja merayakan kelulusannya.
"Mereka melihat itu adalah momentum satu kali seumur hidup. Karena itu dialami saat SMA saja. Itu selebrasi yang dianggap sebagai sesuatu yang bisa dikenang," kata dia.
BACA JUGA:1.276 Calon Haji Banyumas Berangkat ke Tanah Suci Pertengahan Juni
Namun, menjadi sebuah masalah ketika bentuk selebrasi ini mengganggu fasilitas umum, dan berakhir dengan kenakalan atau aktivitas yang negatif. Seperti meminum alkohol dan lain sebagainya.
Dia mengatakan, dalam tahap ini orang tua dan guru punya peran dalam memberikan edukasi. Bahwa ada cara yang lebih elegan untuk mengekspresikan selebrasi kelulusan.
"Melalui selebrasi positif dan diarahkan untuk melakukan bentuk selebrasi lain. Misal ke panti asuhan, panti jompo, menggalang donasi, dan lain sebagainya. Foto bersama, lalu makan di panti tersebut," tuturnya.
BACA JUGA:Meresahkan, Copet Gasak Tas Ibu-Ibu Saat Hendak Turun Dari Bus di Depan Terminal Bulupitu
Hal tersebut, menjadi lebih baik serta ada nilai kemanusiaan. Dan menumbuhkan rasa empati.
Ia menilai, bahwa selebrasi yang dilakukan remaja ini adalah hal yang wajar. Sebab ini satu pintu perpisahan antara dirinya dengan kawan-kawannya.
"Itu adalah peralihan dari masa remaja ke dewasa. Di SMP tidak ada, pun juga nanti kuliah tidak ada. Maka, sebaiknya bentuk selebrasi ini diarahkan pada kegiatan yang positif," tandasnya. (mhd)