Sapari memulai bisnisnya secara online. Walaupun belum memiliki website resmi, tetapi dia yakin bisa dikenal banyak orang. Terlebih saat itu belum banyak pesaing yang berjualan secara online.
"Kebanyakan yang tahu malah dari luar Kabupaten Banyumas," katanya.
Semakin banyak klien, Sapari membuka mitra bisnis dengan menjadi supplier dari berbagai kota di Indonesia, ada dari Pekanbaru, Batam, dan Jakarta.
Dengan sistem tidak terikat, beberapa resellernya menempelkan merek sendiri. Bahkan belakangan ini sulit produksi untuk stok di Fanza Sport. Produksi yang dilakukan setiap hari untuk membuat pesanan.
Saat ini Sapari memiliki 11 karyawan. Pertambahan karyawannya terbilang cepat. Pasalnya pada awal berbisnis, hanya memiliki satu karyawan.
Dengan ketelatenan dan kemauan Sapari untuk update alat-alat penunjang untuk olah raga terbaru, sampai dapat pesanan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kazakhstan, untuk mengembangkan pencak silat di sana.
"Ada juga dapat pesanan alat-alat pencak silat dari Macau," kata Sapari.
Meskipun sudah dikenal di banyak kota dan negara, Fanza Sport kerap mengikuti bazar. Pernah dilakukan di Bandung, Jakarta, dan Bali. Serta fokus berjualan di market place.
"Saya masih handle pesanan sendiri. Per hari bisa sampai 50 paket," imbuhnya.
Selain fokus menjalankan bisnis, Sapari tidak melupakan kesukaannya pada pencak silat. Dia memiliki klub bersama mahasiswa Unsoed untuk melatih pencak silat pada anak-anak binaan. Hampir setiap hari melatih anak-anak tingkat SD.
Selain itu, Sapari juga masih aktif menjadi juri pencak silat. Baik tingkat daerah maupun nasional. Pada Sabtu (29/10) dan Minggu (30/10) jadi juri kejuaraan nasional (Kejurnas) di GOR Satria Purwokerto. (*)