"Kalau nanti punya niat supaya bisa duduk di kursi Presiden, seluruh masyarakat sini ingin nantinya bisa jadi Presiden atau pemimpin negara Indonesia," terangnya.
Acara doa sengaja dilaksanakan di tempat keramat.
"Acara doa di wilayah keramat, yang diyakini tempat keramat tertua di sini. Biasanya warga di sini berdoa minta lantaran Mbah yang ada di wilayah keramat. biasanya itu bulan Sura sepetti sekarang ini. Begitu juga ritual laut dan bumi. Yakni larung sesaji dan doa," paparnya.
Sementara Tokoh Penghayat Desa Ujung Gagak, Raden Suhendra menuturkan bahwa ritual doa bersama kali ini diikuti sekitar 500 warga penghayat di desanya.
BACA JUGA:Dukung Langsung Atlet Para Swimming, Ganjar: Mereka Kebanggaan Indonesia
"Warga antusias mengiringi doa bersama di tempat panembahan Mbah Jongor Tambak. Intinya mendokan sesuai keyakinan kepercayaan adat dari warga dan penghayat di Ujung Gagak ikut serta 500 warga penghayat di desa ini," katanya.
Baginya, doa bersama tersebut karena warga sudah merasa mengenal sosok Ganjar sebagai pemimpin yang amanah.
"Kami antusia walaupun Pak Ganjar belum tentu kenal kami, tapi warga sudah sangat kenal Pak Ganjar bagaimana sosoknya, prilakunya kayak apa," jelas dia.
Kenapa dilakukan di lokasi yang disebut Mbah Jongor Tambak, Suhendra menceritakan bahwa dulunya ada pulau kecil yang tiba-tiba muncul di tengah laut. Lama-kelamaan kemudian muncul daratan yang saat ini menjadi lokasi pemukiman warga.
BACA JUGA:Suspek Cacar Monyet Muncul di Jateng, Ganjar: Pintu Masuk Indonesia Butuh Pengetatan
Pulau yang pertama muncul itu memang terpisah dari lokasi pemukiman oleh sungai. Tapi diyakini di situlah Mbah Jongor Tambak sebagai simbol perantara kehidupan warga.
"Berdoa di situ lebih khusyuk karena dari nenek moyang di kampung laut percaya adanya Mbah Jongor Tambak. Panembahan mbah jonhor pengingat krselamatan dari mulai dari nenek moyang," tandasnya. (*k