Oleh Ar Lathif Syamjaya (Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah FKIP UMP)
Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang selalu di tunggu-tunggu oleh orang Islam, di bulan Ramadhan ini kita dianjurkan untuk mengerjakan amalan saleh seperti membaca Al-quran, memperbanyak sedekah, silaturahmi, dan juga memperbanyak doa.
Orang yang berpuasa di bulan Ramadhan doa sangat mustajab. Karena pada bulan Ramdhan merupakan bulan yang banyak sekali berkah yang Allah SWT turunkan dan bulan Ramadhan juga merupakan bulan yang disukai Allah SWT.
Adapun dalil kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan dan pentingnya memperbanyak doa bagi seluruh umat muslim di bulan suci Ramadhan ini. Dalam Al-quran surah Al-Baqarah ayat 183, yang artinya.
"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini: “Firman Allah Ta’ala ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman dari umat manusia dan ini merupakan perintah untuk melaksanakan ibadah puasa. Ayat tersebut merupakan suatu kewajiban bagi orang muslim untuk menjalankan ibadah puasa.
Di antara waktu-waktu mustajab doa yang tidak akan Allah tolak berdasarkan dalil yang shahih adalah; sepertiga malam yang akhir (kira-kira tengah malam sampai menjelang shubuh), waktu antara adzan dan iqomah, pada saat turun hujan, saat sujud dalam shalat, dan juga pada saat berpuasa di bulan Ramadhan, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
“Ada tiga orang yang doanya tidak akan ditolak; seseorang yang berpuasa hingga ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzhalimi.” (Hadits Hasan riwayat at-Tirmidzi, lih. Al-KalimutThoyyib no. 163)
Hadist di atas memberi keterangan kepada kita bahwa ada tiga doa yang tidak akan ditolak oleh Allah SWT salah satunya adalah yang yang sedang berpuasa. Oleh karena itu jangan sia-siakan momen di bulan Ramadhan untuk terus berdoa.
Memperbanyak doa akan memberikan kekuatan kepada seseorang dan doa di bulan Ramadhan akan lebih dijabah oleh Allah SWT. Jika doa bukan sebuah permintaan, setidaknya itu adalah sebuah pengakuan atas kelemahan diri manusia di hadapan Tuhannya (PidiBaiq). (*)