JAKARTA-Rencana penerapan full day school mendapatkan dukungan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla. Meskipun, JK mensyaratkan banyak hal agar sistem tersebut bisa benar-benar diterapkan secara nasional.
JK menuturkan memang telah berbicara langsung kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendi di kantornya pada Senin (8/8). Dia memberikan banyak saran agar konsep tersebut dimatangkan terlebih dahulu. Tapi, dia sepakat saja dengan penerapan full day scholl itu. ”Kemarin saya sampaikan pada menteri ide itu boleh karena bukan hal baru,” ujar JK setelah menghadiri konferensi dan eksibisi internasional geothermal di Jakarta Convention Center, kemarin (10/8).
BERBINCANG: Wapres Jusuf Kalla berbincang dengan siswa
Selama ini sudah banyak sekolah swasta yang telah menerapkan konsep full day school. Bahkan, JK menyebutkan
pesantren pun juga telah menerapkan model pembelajaran sepanjang hari. ”Jangankan full day, ada sekolah yang all day kayak pesantren. Pesantren kan siang malam. Bukan hal unik, jadi biasa saja,” terang pria yang juta ketua umum Dewan Masjid Indonesia itu.
Dia pun menyadari kondisi sekolah di Indonesia yang punya fasilitas berbeda. Nah, yang layak untuk menerapkan konsep full day school itu adalah sekolah yang setidaknya punya kantin yang layak dan punya tempat bermain yang cukup. Ada pula kegiatan yang bisa berguna untuk pengembangan diri siswa. ”Ada yang mampu ada yang tidak mampu,” tambahnya.
Pria kelahiran Watampone, Sulawesi Selatan itu juga tidak menutup mata dengan kondisi siswa yang amat berbeda di banyak daerah. Misalnya di daerah pertanian masih ada siswa yang usai pulang sekolah membantu orang tuanya bekerja di sawah. Terutama pada masa panen.
Dengan kondisi yang begitu beragam itu, dia telah meminta kemenndikbud untuk menguji coba terlebih dahulu konsep tersebut di satu daerah. Bila konsep itu berjalan dengan baik, akan diterapkan secara nasional. Tapi, dia tidak menjelaskan daerah mana yang layak untuk dijadikan uji coba. Hanya, dia memberikan catatan perlu mempertimbangkan kawasan kota dan perdesaan. “Uji coba dulu di daerah tertentu kalau berhasil boleh secara bertahap,” tegas JK.
Bila JK mendukung rencana penerapan full day school , beda halnya dengan Menteri Koodinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani. Dia secara tegas meminta wacana itu dibatalkan dulu. "Tidak mungkin tiba-tiba diterapkan," katanya usai pembukaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) Ke-21 di komplek stadion Manahan, Solo kemarin (10/8).
Putri Presiden kelima Megawati Sukarnoputri itu mengatakan Kemendikbud sebaiknya mengkaji dan menelaah rencana tersebut. Baginya Kemendikbud perlu menerima masukan dari pihak-pihak yang terkait seperti guru, orangtua, bahkan sampai siswa. "Jika dikemudian hari sudah siap (sekokah full day secara nasional, red) kita bisa lakukan," tuturnya.
Bagi Puan yang terpenting saat ini adalah bagaimana anak bisa belajar dengan baik. Akses dan kualitas pendidikan meningkat. Dan juga penanaman karakter, jiwa nasionalisme, dan membangun budaya gotong royong. Menurut puan orangtua atau keluarga tetap memiliki peran penting untuk mendidik karakter anak itu. Dia mengakui yang ditangkap dari wacana full dai itu bukan belajar terus di dalam kelas sampai sore. "Siswa bukan belajar seperti robot," kata dia.
Namun setelah jam belajar reguler selesai, siswa mengikuti kegiatan tambahan. Bisa berupa kegiatan ekstrakurikuler atau yang sejenisnya. Intinya anak tetap bermain dan menyenangkan di sekolah. Guru besar bidang pendidikan anak berbakat Rochmat Wahab mengatakan full day cocok untuk lingkungan keluarga tertentu. Misalnnya keluarga yang ibu dan ayahnya sama-sama bekerja. "Dari pada dititipkan di nanny (pengasuh anak, red) ada cost finansial dan sosial," jelasnya.
Namun untuk kelompok masyarakat tertentu, full day tidak relevan. Misalnya untuk anak di keluarga kurang mampu. Sekolah berbasis full day otomatis biaya operasionalnya naik. Jika negara tidak punya uang untuk menanggung, otomatis dibebankan ke orangtua. Mislanya untuk makan siang siswa di sekolah. "Bagi keluarga tertentu, lebih efisien jika anaknya makan siang di rumah ketimbang memberikan uang saku setiap hari," urainya.
Biaya tambahan lain dari full day adalah, ongkos meningkatkan keterampilan guru mengelola lingkungan belajar supaya tetap menyenangkan alias tidak membosankan. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu menegaskan guru sekolah full day tidak sembarangan.
Jika tidak dikelola dengan baik, sekolah full day justru bisa kontraprodukif dengan peningkatan kualitas siswa. Misalnya untuk menjalankan sekolah full day, sekolah kesulitan mencari guru membaca Alquran. "Kan lebih baik anak ikut TPQ di musola atau masjid, ketimbang dipaksa ikut full day," jelasnya. Dia berharap pemerintah mengkaji rencana penerapan full day dengan seksama. (jun/wan/dns/amr/acd)