Rusuh di Amerika Serikat. Foto istimewa
JAKARTA - Kerusuhan mewarnai sidang pengukuhkan kemenangan Joe Biden atas Donald Trump setelah merampungkan penghitungan suara elektoral (electoral college) di Gedung Capitol, Washington DC, Rabu (6/1/2021) waktu setempat.
Kerusuhan tersebut menewaskan empat orang. Selain itu polisi menangkap 52 perusuh yang menggeruduk Gedung Capitol. Sebelumnya, ratusan pendukung Presiden Donald Trump menyerbu gedung tempat berkantornya anggota parlemen itu untuk menghentikan sidang sejak Rabu pagi.
https://radarbanyumas.co.id/amerika-serikat-rusuh-pendukung-trump-serbu-gedung-capitol-seorang-wanita-tewas-tertembak/
Kepala Departemen Kepolisian Washington DC Robert J Contee mengatakan, 47 dari 52 orang yang ditangkap diciduk terkait dengan pelanggaran batas waktu berkumpul yakni pukul 18.00 waktu setempat.
Beberapa orang lainnya ditangkap dengan tuduhan membawa senjata api tanpa izin. Ditemukan pula dua bom pipa di Kantor Pusat Komite Nasional Partai Republik dan Demokrat. Selain itu ditemukan pula bom Molotov yang disimpan di kotak pendingin pada kendaraan yang diparkir di halaman Gedung Capitol.
Satu dari tiga korban tewas merupakan perempuan, namun Contee menolak menyebutkan identitas perempuan yang ditembak oleh polisi di Gedung Capitol dengan alasan masih menunggu izin dari keluarga, sebagaimana halnya tiga korban lainnya.
Tiga korban lainnya meninggal akibat kondisi darurat medis. Seperti diketahui, polisi menggunakan gas airmata dan pentungan untuk membubarkan massa.
Sementara itu dari pihak kepolisian, 14 petugas luka, dua di antaranya masih dirawat di rumah sakit. Jumlah orang yang ditangkap diperkirakan akan terus bertambah.
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama pun ankat bicara terkait serangan dari massa pro-Presiden Donald Trump. Menurutnya, aksi itu karena dihasut oleh presiden yang sedang berkuasa itu.
"Sejarah akan mengingat dengan tepat kekerasan hari ini di Gedung Capitol, yang dipicu oleh presiden yang sedang berkuasa terus berbohong tanpa dasar tentang hasil pemilihan yang sah. Ini adalah momen yang sangat tidak menghormati dan memalukan bagi bangsa kita,” ujar Obama, seperti dikutip CNN.
"Saya berbesar hati melihat banyak anggota partai Presiden (Partai Republik) berbicara dengan tegas hari ini. Suara mereka menambah contoh pejabat pemilihan lokal dan negara bagian seperti Georgia yang menolak untuk diintimidasi dan telah memecat mereka dari tugas penuh hormat,” imbuhnya.
Presiden ke-44 Amerika Serikat itu menambahkan, negeranya membutuhkan lebih banyak pemimpin seperti ini. Obama menjelaskan bahwa Presiden terpilih AS Joe Biden akan bekerja untuk memulihkan tujuan bersama dalam politik Negeri Paman Sam.
“Tentunya dibutuhkan dukungan rakyat Amerika, apapun partainya guna mencapai tujuan itu,” tegasnya.
Kendati demikian, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tampak mulai luluh dengan kemenangan Joe Biden dalam pemilu presiden, khususnya setelah Kongres mengesahkan kemenangan Biden. Trump pun menjanjikan transfer kekuasaan teratur.
"Meskipun saya sama sekali tidak setuju dengan hasil pemilu, dan fakta menunjukkan (mendukung) kepada saya, namun akan ada transisi yang tertib pada 20 Januari," kata Trump dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip CNN.
"Saya selalu mengatakan kami akan melanjutkan perjuangan kami untuk memastikan bahwa hanya suara sah yang dihitung. Meskipun ini merupakan akhir dari masa jabatan pertama terbesar dalam sejarah kepresidenan, ini hanyalah awal dari perjuangan kami untuk Membuat Amerika Hebat Lagi," sambungnya. (der/fin)