KAIN BATIK: Koleksi batik kuno milik museum ada yang mulai rusak karena termakan usia. ADITYA/RADARMAS
PURBALINGGA - Koleksi di Museum Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja Purbalingga ada yang mulai rusak karena termakan usia. Jumlahnya kurang dari 10 persen, dari total koleksi yang dimiliki oleh museum yang berada di Kompleks Pendapa Dipokusumo.
Staf Museum Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja Purbalingga Anita Ika Cahyani mengatakan, museum memiliki koleksi 1.504 benda.
"Terdiri dari sembilan kategori. Yakni, historikal, arkeologika, geologika, biologika, etnografika, keramologika, teknologika, senirupa, numismatika," katanya, Selasa (12/10).
Dia menjelaskan, dari sejumlah koleksi tersebut, yang masih berada di Museum Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja hanya sekira 1.200 koleksi.
Sedangkan 300 koleksi lainnya dipinjam Museum Artefak dan Museum Uang di Objek Wisata Sanggaluri Park, yang dikelola oleh Perumda Owabong.
https://radarbanyumas.co.id/keris-dan-pusaka-di-museum-wayang-banyumas-dijamas/
"Kondisi koleksi yang ada di Museum Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja atau yang saat ini dipinjam Sanggaluri Park kondisinya masih bagus. Namun, kami akui ada sejumlah koleksi yang sudah mulai rusak termakan usia. Jumahnya kurang dari 10 persen," jelasnya.
Sejumlah benda koleksi yang sudah mulai rusak termakan usia, diantaranya koleksi kain batik kuno, serta koleksi yang terbuat dari logam.
"Kami sebenarnya sudah memprogramkan untuk melakukan restorasi atau membuat replikanya. Namun, terkendala anggaran dan belum ada perajin yang bisa membuat replika. Terutama untuk koleksi kain batik kuno," lanjutnya.
Dia menambahkan, pengelola juga berencana menambah koleksi museum. Sebab, Museum Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja belum memiliki koleksi untuk kategori filologi.
"Filologi adalah koleksi berupa serat babad. Di Purbalingga sebenarnya ada, serat babad onje. Namun, kami
belum bisa memiliki koleksi tersebut, karena masih belum diizinkan oleh ahli waris,” katanya.
Sebelumnya sempat mendapatkan tawaran serat babad Wirasaba dari ahli warisnya. Namun, setelah dilakukan kurasi serat babad Wirasaba berupa kopian yang dituliskan di kertas modern.
"Versi aslinya ternyata sudah tidak ada. Jadi kami tidak bisa membawa kopian serat babad Wirasaba ke museum karena tak lolos kurasi," ujarnya. (tya)