ANTRE : Warga tengah antre air bersih. BPBD masih melakukan droping air bersih ke beberapa wilayah. AMARULLAH NURCAHYO/RADARMAS
PURBALINGGA - Rencana penghentian pengiriman bantuan (dropping) air bersih pada 31 Oktober lalu, batal dilakukan. Pasalnya, turunnya hujan belum merata di semua wilayah yang sebelumnya dilanda kekeringan. Tercatat, 75 desa masih krisis air bersih.
“Kalau sebelum tanggal 14 November hujan sudah merata, maka penghentian bisa lebih cepat. Mudah-mudahan segera merata dan tidak ada lagi permintaan bantuan air bersih,” tutur Kepala Pelaksana BPBD Purbalingga, Rusmo Purnomo melalui Kasi Kedaruratan dan Logistik Muhsoni, Selasa (6/11).
Muhsoni menjelaskan, jumlah pengiriman hingga 5 November atau selama 115 hari sebanyak 3.028 tangki. Jumlah itu setara dengan 13.514.000 liter di 75 desa, 15 kecamatan. Yakni dengan menggunakan APBD sebanyak 2.518 tangki/10.968.000 liter; BPBD Provinsi Jateng 200 tangki/1.000.000 liter. Bantuan dari PMI Purbalingga, 248 tangki/1.236.000 liter; Bantuan dari BAZNAS Purbalingga, 60 tangki/300.000 liter; Bantuan dari Komunitas SEMUT Purbalingga, 2 tangki/10.000 liter.
baca:
Dewan Minta Honor GTT Naik
Diguyur Hujan Lebat, Talud Ambrol
Gedung Olahraga Jadi Gudang Pupuk, Ada Apa?
Sebelumnya, BPBD sudah memperkirakan jika hujan akan terus menerus turun teratur. Namun masih diluar prediksi. Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, meski hujan sering turun, namun mata air butuh proses dan tidak serta merta sumur dan sumber air yang biasa kering kembali terisi alami.
Diperkirakan, hujan sudah mulai stabil dengan intensitas puncak pada Desember. Meski belum merata, namun cukup mengurangi beban wilayah yang maasuk kategori krisis air bersih. Kedepan, pihaknya berharap di desa-desa rawan air bersih ada energi alternatif lain sebagai sumber air. Seperti embung ataupun pamsimas. (amr/sus)