Menyusuri Makam Arsantaka Leluhur Pemimpin Purbalingga

Jumat 16-12-2016,19:11 WIB

Pengunjung Bertambah saat Pilbup dan Pileg Ada Mitos Gundukan Tanah yang Selalu Keluar dan Mengering Menghargai warisan sejarah sudah selayaknya dilakukan generasi penerus bangsa. Termasuk di Purbalingga, ada komplek makam para leluhur dan kerabat pendiri Kabupaten Purbalingga bernama Makam Arsantaka yang ada di Purbalingga Lor, Kecamatan Purbalingga. AMARULLAH NURCAHYO, Purbalingga Tak jauh dari komplek perkantoran Setda Purbalingga di utara jalan, ada gang atau jalan yang tidak terlalu luas. Ya, itulah komplek makam Arsantaka yang diyakini sesuai fakta sejarah yaitu tempat makam para leluhur pimpinan Purbalingga. Termasuk ayah dari bupati pertama Purbalingga, Eyang Arsantaka. Masuk di ujung jalan ada komplek makam yang terlihat rapi dan terawat dengan indah. Kesan menakutkan dari areal pemakaman para leluhur seakan hilang. Halaman untuk parkir kendaraan juga cukup luas. Karso (48), nama yang pendek dan simpel. Seorang juru kunci yang sudah 5 tahun diminta Paguyuban Arsakusuma untuk merawat dan memelihara komplek makam mengatakan, Trah Arsantaka menjadi bupati pertama Purbalingga. Anak dari Eyang Arsantaka bernama Arsayuda atau yang dikenal dengan Dipayuda III, menjadi bupati pertama Purbalingga. Keturunan atau trah Arsantaka juga termasuk dr Goeteng Taroenadibrata yang saat ini menjadi nama RSUD Purbalingga. Selain itu ada RT Dipokusumo I yang menjadi bupati kedua dan lainnya termasuk RM Brotosudiro. Khusus untuk makam bupati pertama hingga ketiga, dimakamkan di komplek pemakaman ini. Sedangkan untuk bupati keempat hingga ke sembilan dimakamkan di pemakaman Giri Cendana, Kajongan, Kecamatan Bojongsari. Karso mengatakan, makam leluhur sangat ramai ketika memasuki rangkaian kegiatan Hari Jadi Kabupaten Purbalingga. Begitu juga saat Pemilihan Bupati (Pilbup) dan Pemilihan Legislatif (Pileg). Tak hanya itu, pada hari tertentu banyak pengunjung dari luar kota. Ketika musim Pilbup, para calon bupati juga mendatangi ziarah ke komplek makam tua itu. “Ada kepercayaan maupun mitos, di makam utama Eyang Arsantaka ada gundukan tanah yang selalu keluar dan mengering. Ketika seorang calon bupati berkunjung kemudian gundukan tanah sedang meninggi, maka ada kemungkinan terpilih. Namun itu semua kembali ke Tuhan YME,” ungkapnya. Menurut Karso, saat ini dia hanya bertugas menemui tamu dan membersihkan serta merawat makam agar selalu bersih. "Tidak ada larangan bagi yang ingin datang, asal semua bermaksud baik maka akan menghasilkan sesuatu yang baik pula," ujarnya. (*/sus)

Tags :
Kategori :

Terkait