PURBALINGGA, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID – Saat sejumlah daerah di Indonesia melaporkan peningkatan kasus Influenza A, kondisi di Purbalingga masih tercatat sebagai ILI (Influenza Like Illness). Status ini muncul karena belum adanya fasilitas pemeriksaan yang bisa memastikan jenis virus influenza di layanan kesehatan dasar.
Ketua Tim Surveilans dan Imunisasi Dinkes Purbalingga, dr. Devvy Herawati Silayuningsih mengatakan, pemeriksaan spesifik seperti rapid test influenza A belum tersedia.
"Kita belum punya fasilitas untuk pengecekan apakah ini influenza tipe A atau bukan. Belum ada dropping alatnya. Jadi semua yang bergejala flu dimasukkan ke kategori ILI," ungkapnya.
ILI sendiri menjadi salah satu penyakit yang paling sering dilaporkan lewat Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Tahun ini, lonjakan tertinggi tercatat pada minggu ke-22 dengan 818 kasus. Sementara angka terendah muncul pada minggu ke-28, sebanyak 318 kasus.
BACA JUGA:CKG Hanya Boleh Sekali Setahun, Dinkes Temukan Banyak Warga Masih Salah Paham
Meski begitu, Devvy menyebut jumlah kasus ILI saat ini sudah berada di bawah rata-rata jika dibandingkan dengan 2024. "Ini memang penyakit umum yang selalu ada. Bahkan saat turun tetap sekitar 300 kasus per minggu. Sekarang cenderung lebih rendah dibandingkan 2024, sebelum pemisahan kategori ISPA," jelasnya.
Tim Surveilans Bidang P2P Dinkes Purbalingga, Adi Nugroho menambahkan, secara umum influenza disebabkan virus dengan banyak tipe. Pemeriksaan untuk mengetahui tipe virus secara pasti membutuhkan uji lanjutan seperti pemeriksaan genomik.
"Influenza itu self limiting disease, bisa sembuh sendiri kalau daya tahan tubuh baik. Jadi pemeriksaan khusus bukan prioritas. Yang diprioritaskan lab adalah penyakit PD3I yang fatalitasnya lebih tinggi," katanya.
Ia menjelaskan penularan influenza (termasuk tipe A) umumnya melalui droplet dari batuk dan pilek. Cuaca ekstrem juga mempercepat replikasi dan mutasi virus.
BACA JUGA:Cegah Penyebaran TB, Dinkes Purbalingga Lakukan Skrining Kesehatan Gratis
"Virus bereplikasi sangat cepat, dari ratusan bisa jadi ribuan. Dengan cuaca ekstrem seperti sekarang, mutasinya makin cepat," ujarnya.
Adi menilai peningkatan laporan juga dipicu turunnya kewaspadaan masyarakat. "Dulu saat Covid, orang batuk pilek pasti pakai masker. Sekarang sudah tidak. Jadi penyebaran lebih mudah," terangnya.
Dinkes mengimbau masyarakat meningkatkan imun dengan pola makan bergizi dan istirahat cukup, memakai masker saat sakit, tidak memaksakan aktivitas saat cuaca ekstrem, segera berobat bila gejala tak membaik dalam tiga hari, serta konsisten menerapkan 5M.
"Masyarakat sebenarnya punya kekebalan cukup baik karena sudah divaksin. Dengan langkah pencegahan tadi, penyakit bisa ditekan dan tidak berkembang lebih berat," pungkasnya. (alw)