Kenaikan Harga Telur dan Cabai Picu Inflasi, Kacang Panjang dan Terong Deflasi

Kamis 06-11-2025,11:02 WIB
Reporter : Dimas Prabowo
Editor : Ali Ibrahim

PURWOKERTO, RADARBANYUMAS.CO.ID – Harga telur ayam ras dan cabai merah menjadi pendorong utama kenaikan inflasi di wilayah Banyumas pada Oktober 2025.

Meski demikian, inflasi di Kota Indeks Harga Konsumen (IHK) Purwokerto masih terjaga dalam sasaran target nasional.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahunan Purwokerto tercatat sebesar 2,71 persen (yoy), naik dibanding September 2025 yang sebesar 2,52 persen (yoy).

Secara bulanan, inflasi Purwokerto meningkat dari 0,29 persen menjadi 0,33 persen pada Oktober 2025.

BACA JUGA:7.000 Telur Diselamatkan! Kisah Warga Cilacap Patroli 12 KM Demi Penyu

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto, Christoveny, menjelaskan dalam keterangan resminya, bahwa kenaikan inflasi tersebut didorong oleh meningkatnya harga emas serta beberapa komoditas pangan. 

“Keterbatasan pasokan telur ayam ras di tengah naiknya permintaan turut menjadi pendorong kenaikan harga, disusul turunnya produksi cabai merah di tingkat petani,” ujarnya, Rabu (5/11/2025).

Selain faktor pangan, normalisasi tarif transportasi kereta api pasca-diskon HUT KAI di bulan September juga ikut memberi andil terhadap inflasi Oktober. Meski begitu, laju inflasi tertahan oleh beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga, seperti kacang panjang dan terong, dengan andil deflasi bulanan sekitar -0,01 hingga -0,02 persen.

Christoveny, menyebut inflasi Banyumas masih terkendali berkat sinergi dalam pengendalian harga antara BI dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Upaya tersebut meliputi gerakan pangan murah, pelatihan diversifikasi produk olahan cabai, peningkatan kapasitas teknis TPID, dan fasilitasi distribusi pangan.

BACA JUGA:BUMDes Petuguran Bagikan 85 Kg Telur Rebus untuk Cegah Stunting di Sekolah

Ia menambahkan, dalam menjaga stabilitas harga, ke depannya, TPID Banyumas akan memperkuat strategi 4K (keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif). Dalam kerangka Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). 

"Program yang disiapkan antara lain pengembangan produksi pangan berbasis pesantren, kelompok tani milenial, digital farming, kerja sama antar daerah, hingga perluasan operasi pasar dan gelar pangan murah," imbuhnya. 

Di sisi laim, pedagang kebutuhan pokok, termasuk telur di Pasar Manis Purwokerto, Iyan, mengungkapkan, kenaikan harga telur satu bulan terakhir dipicu tingginya serapan dapur MBG. 

"Hari ini telur saya jual 29 ribu per kilogram. Termasuk turun, dibanding bulan lalu yang mencapai 33 ribu per kilo. Tapi memang belum kembali ke harga normal, 23 ribu. Sebagian besar masuk dapur MBG," ungkapnya, saat ditemui di kiosnya, Kamis, (6/11/2025). (dms)

Tags :
Kategori :

Terkait