CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID – Aktivitas di sejumlah terminal di Kabupaten Cilacap semakin menunjukkan penurunan yang memprihatinkan. Suasana yang dulu pernah ramai dengan kendaraan dan penumpang kini berubah menjadi semakin lengang. Tidak hanya berdampak pada sopir angkutan, penurunan aktivitas ini juga dirasakan oleh para pedagang kios di area terminal.
Kepala UPTD Terminal, Dinas Pehubungan Kabupaten Cilacap, Masikhin Jafar mengatakan, kondisi terminal semakin memprihatinkan dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah armada yang beroperasi berkurang drastis karena biaya operasional yang tidak sebanding dengan pendapatan sopir.
“Banyak sopir mengeluh karena penghasilan tidak lagi mencukupi untuk menutup biaya bahan bakar dan perawatan kendaraan,” ujarnya, Selasa (28/10/2025).
Ia menambahkan, saat ini moda transportasi yang lain lebih praktis seperti ojek konvensional dan ojek online justru semakin diminati masyarakat. Fleksibilitas dan tarif yang lebih terjangkau membuat penumpang lebih memilih ojek dibanding angkutan umum.
BACA JUGA:Penumpang Berkurang Armada Dikurangi, Terminal Tipe C Kian Sepi
“Sekarang yang diuntungkan justru ojek. Penumpang merasa lebih praktis, sementara sopir angkutan perlahan kehilangan pelanggan,” imbuhnya.
Dari delapan terminal yang sempat aktif di Cilacap, kini hanya enam terminal yang masih beroperasi. Dua terminal, yakni Terminal Sampang dan Terminal Wanareja, telah dicabut statusnya karena tidak memenuhi syarat administratif dan operasional.
“Terminal tidak bisa disebut sebagai terminal kalau tidak ada kios aktif. Karena dua lokasi itu tidak lagi memenuhi kriteria, statusnya kami cabut,” jelas Masikhin.
Enam terminal tipe C yang masih beroperasi saat ini meliputi Terminal Kroya dan Terminal Adipala di wilayah timur, serta Terminal Kawunganten, Sidareja, Karangpucung, dan Majenang di wilayah barat. Namun, tingkat aktivitas di terminal-terminal tersebut juga dipantau terus menurun.
BACA JUGA:Halte di Cilacap Minim, Dishub: Prioritas Masih untuk Terminal
Kondisi ini turut berdampak pada para pedagang kios di dalam terminal. Mereka mengaku omzet penjualan terus menurun seiring berkurangnya jumlah penumpang dan sopir angkutan yang mangkal.
Jafar menambahkan, hingga kini, aktivitas di terminal masih sedikit terbantu oleh keberadaan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang beroperasi hampir setiap hari.
“Kalau bukan karena bus AKAP, bisa dibilang terminal kita makin mati. Bus-bus itu masih membawa penumpang lintas daerah, jadi masih ada sedikit pergerakan ekonomi,” ungkapnya. (gia)