Nusakambangan Jadi Benteng Terakhir Kelestarian Macan Tutul Jawa

Selasa 26-08-2025,18:40 WIB
Reporter : Rynaldi Fajar Septrianto
Editor : Susi Dwi Apriani

CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID – Pulau Nusakambangan dikenal sebagai pulau penjara dengan keamanan tinggi ini ternyata menjadi benteng terakhir bagi kelestarian macan tutul Jawa (Panthera pardus melas).  

Menurut Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah Cilacap, Wahyono Restanto, masih ada belasan ekor macan tutul yang hidup di pulau tersebut.

“Ya, betul, masih ada. Kami melakukan monitoring secara rutin dengan memasang kamera trap di jalur perlintasan satwa, Dari hasil foto dan video, teridentifikasi macan tutul Jawa, baik yang berbulu terang dengan motif tutul maupun yang berwarna hitam atau macan kumbang,” jelas Wahyono. 

Berdasarkan penelitian terbaru yang melibatkan Fauna & Flora International (FFI) dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat, populasi macan tutul di seluruh Pulau Nusakambangan diperkirakan mencapai 18 ekor. 

BACA JUGA:Tiga Monyet Hasil Evakuasi Damkar Cilacap Dilepasliarkan ke Pulau Nusakambangan

Monitoring BKSDA Jawa Tengah menunjukkan, di Cagar Alam Nusa Kambangan Timur terpantau sekitar tujuh ekor, sedangkan di Nusa Kambangan Barat ada empat ekor yang sering terlihat.

Menurut Wahyono, habitat di Nusakambangan sangat mendukung kelangsungan hidup macan tutul Jawa. Pulau ini memiliki populasi mangsa yang memadai, seperti babi hutan, kijang, ayam hutan, monyet ekor panjang, dan lutung. 

“Kondisi ini menjadikan Nusakambangan salah satu prioritas nasional dalam program pelestarian macan tutul Jawa,” ujarnya.

Wahyono menambahkan, macan tutul Jawa juga masih bisa ditemukan di beberapa wilayah lain, seperti Gunung Muria dan lereng Gunung Slamet.

BACA JUGA:Investor Malaysia Lirik Budidaya Sidat di Cilacap, Bupati Syamsul: Kami Siap Sambut Peluang

Namun, populasi di Nusakambangan relatif lebih terjaga karena akses ke pulau ini terbatas dan sebagian besar wilayahnya di bawah pengelolaan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan.

“Sebagai pulau penjara, Nusakambangan memiliki pengawasan ketat, sehingga tekanan terhadap habitat satwa liar lebih rendah dibandingkan di daerah lain,” kata Wahyono. (rey)

Tags :
Kategori :

Terkait