Cilacap Berada di Jalur Megathrust, Mitigasi Masih Minim Infrastruktur

Jumat 11-07-2025,12:06 WIB
Reporter : Rayka Diah Setianingrum
Editor : Susi Dwi Apriani

CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID – Kabupaten Cilacap berada di garis terdepan risiko bencana gempa bumi dan tsunami. Kawasan ini menjadi salah satu wilayah yang langsung berhadapan dengan potensi megathrust di selatan Pulau Jawa, bagian dari sabuk api atau ring of fire. Namun, hingga kini upaya mitigasi masih terbentur keterbatasan infrastruktur dan dukungan anggaran.

Bayu Prahara, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap, mengakui bahwa akses jalan evakuasi berstandar pusat belum sepenuhnya tersedia. 

"Kami menyadari tantangan besar ini. Pembangunan jalan evakuasi atau jembatan butuh biaya yang tidak sedikit, apalagi jika harus memenuhi standar nasional," ungkap Bayu.

Sebagai langkah alternatif, pihaknya mengandalkan edukasi dan pemasangan rambu evakuasi di kawasan pesisir. 

BACA JUGA:Desa Jetis Rencanakan Pembangunan Shelter Tsunami untuk Mitigasi Bencana

"Kami terus menambah rambu-rambu arah evakuasi. Sepanjang pantai Cilacap sudah dipasangi papan petunjuk, sebagian besar dibiayai dari APBD kabupaten, provinsi, maupun bantuan pusat," jelasnya.

Salah satu strategi mitigasi yang diupayakan adalah penggunaan shelter vertikal di kawasan permukiman padat. Gedung-gedung tinggi seperti hotel dan fasilitas umum disiapkan sebagai tempat evakuasi jika terjadi tsunami. 

"Shelter perkotaan diarahkan ke gedung-gedung tinggi. Saat ini ada sekitar 45 shelter tersebar di berbagai kelurahan dan desa," ujarnya.

Meski demikian, Bayu mengakui bahwa standar ketahanan bangunan terhadap gempa masih menjadi persoalan. 

BACA JUGA:Cilacap Timur Perkuat Kesiapsiagaan Bencana, Sirine Banjir Dipasang di Desa Mujur Lor

"Gedung baru memang sudah mengacu pada spek tahan gempa, tapi untuk memastikan kekuatan terhadap magnitudo tertentu, kita butuh audit dan itu memerlukan biaya besar," ujarnya.

Di sisi lain, sistem peringatan dini tsunami atau Early Warning System (EWS) di Cilacap juga belum ideal. Dari total 28 unit EWS yang terpasang, sebagian kondisinya memprihatinkan. 

"Banyak EWS yang terkena korosi karena faktor cuaca. Kami lakukan uji coba dua kali sebulan, tapi memang idealnya Cilacap butuh lebih dari 120 unit EWS," katanya.

Tahun ini, pihaknya menambahkan unit baru di wilayah Tegalkamulyan dan Karangkandri. Meski bertahap, kebutuhan akan peralatan dan sistem yang lebih andal sangat mendesak mengingat potensi ancaman bencana yang terus mengintai.

"Cilacap berada di zona merah, dan ancaman megathrust bukan hal yang bisa dianggap remeh. Kami terus berupaya semampunya, tapi harapannya tentu ada intervensi lebih besar dari pemerintah pusat agar keselamatan warga benar-benar terjamin," tutup Bayu. (ray)

Tags :
Kategori :

Terkait