PURBALINGGA, RADARBANYUMAS.CO.ID - Pemerintah Kabupaten Purbalingga terus menunjukkan komitmennya dalam menurunkan angka stunting. Salah satunya dengan menangani sejumlah tantangan terkait penyebab potensi stunting, yaitu pemberian air susu ibu (ASI).
Hal itu terungkap saat acara Penilaian Kinerja 8 Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting oleh Bappeda Provinsi Jawa Tengah, yang digelar secara daring melalui Zoom Meeting, Rabu (28/5/25) kemarin, di ruang rapat Bupati.
Pada kesempatan itu, Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Purbalingga, Rida Kusumawati, mengungkapkan prevalensi stunting di Purbalingga pada tahun 2024 tercatat sebesar 11,67 persen.
Angka ini menunjukkan tren penurunan yang menggembirakan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian, Rida mengakui bahwa masih terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi, khususnya dalam hal cakupan pemberian ASI eksklusif yang baru mencapai 77,50 persen.
BACA JUGA:Angka Stunting Kabupaten Purbalingga Turun Jadi 11,34 Persen
“Salah satu penyebabnya adalah banyaknya perempuan di Purbalingga yang bekerja di perusahaan atau pabrik, sementara regulasi dari perusahaan yang mendukung pemberian ASI eksklusif masih terbatas. Di samping itu, pemahaman akan pentingnya ASI eksklusif juga masih perlu ditingkatkan,” tegasnya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Pemkab Purbalingga telah mengambil langkah strategis dengan membentuk Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia (APSAI) di Purbalingga. “APSAI menjadi wadah kemitraan yang diharapkan mampu mendorong perusahaan untuk lebih ramah terhadap ibu bekerja, khususnya dalam mendukung pemberian ASI eksklusif,” tambahnya.
Sementara itu, dari sisi layanan dasar, capaian akses terhadap air minum layak dan sanitasi di Purbalingga pada tahun 2024 mencapai 96,07 persen, menunjukkan perbaikan signifikan yang turut mendukung upaya penurunan stunting.
Kepala Dinas Kesehatan Purbalingga sekaligus Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsosdaldukkbp3a), Jusi Febrianto memaparkan praktik-praktik baik yang telah dilakukan untuk percepatan penurunan stunting.
BACA JUGA:Anggaran PMT Purbalingga Capai Rp 10,2 Miliar untuk Penanganan Stunting
Salah satu inovasi unggulan adalah program “Ngapake Bangga” atau Nganggo Alat Pantau Sistem Kinerja Intervensi Spesifik Stunting Purbalingga. Program ini dinilai mampu meningkatkan kualitas proses bisnis dalam penanganan stunting secara menyeluruh.
“Dengan pendekatan yang terukur dan berbasis data, kami terus berupaya meningkatkan efektivitas intervensi yang kami lakukan. Program ini juga memperkuat koordinasi antarperangkat daerah dan pemangku kepentingan lainnya,” tutur Jusi.