Budidaya Ular Ranjau Darat Albino Pertama di Dunia

Rabu 21-05-2025,10:05 WIB
Reporter : Pujud Andriastanto
Editor : Susi Dwi Apriani

Lihat Lebih Dekat Budidaya Hewan Langka dari Lereng Jawa, Banjarnegara

Seekor ular berwarna putih kekuningan dengan corak samar tampak melata perlahan di dalam kandangnya. Penampilannya mencolok dan memukau, tak seperti ular berbisa pada umumnya. 

PUJUD ANDRIASTANTO, Banjarnegara

Ular itu adalah Calloselasma Rhodostoma Albino, atau dikenal sebagai ular ranjau darat albino spesies langka yang kini menjadi perbincangan hangat di kalangan pecinta reptil, baik dari dalam maupun luar negeri.

Yang membuat reptil ini istimewa bukan hanya karena keindahannya, melainkan karena sejarah yang menyertainya. Untuk pertama kalinya di dunia, ular ini berhasil dibudidayakan secara lokal oleh Indra Perdana, seorang pembudidaya ular asal Kelurahan Kutabanjarnegara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

“Saya di sini memelihara ular ranjau darat albino. Keistimewaannya, ini pertama kali di dunia, satu-satunya, dan saya orang pertama yang membudidayakannya,” ujar Indra saat ditemui di kandang koleksinya yang menampung lebih dari 600 ekor ular dari berbagai jenis.

BACA JUGA:Dibalik Sikap Tegas Kajari Banjarnegara Fadhila Maya Sari, Selalu Pertimbangkan Empati di Tiap Keputusan Hukum

Ular albino ini awalnya ditemukan oleh seorang petani di Madura. Indra mengetahui keberadaannya dari seorang teman yang sempat berencana mengekspornya ke luar negeri. Namun, arah cerita berubah berkat inisiatif sang teman yang berpikir ulang tentang nilai penting mempertahankan spesies tersebut di dalam negeri.

"Awal mula ada kawan yang mengabarkan dia mau mengekspor ke luar negeri, tapi sama kawan juga dipikir, daripada dijual ke luar, nanti dibeli lagi oleh orang Indonesia. Lebih baik dibudidaya di sini," kisah Indra.

Keputusan itu mengawali langkah besar. Indra lalu menyilangkan ular albino tersebut dengan tujuan memperbanyak populasinya di tanah air.

“Rencana saya memperbanyak untuk dibudidayakan supaya orang-orang Indonesia ikut punya. Jadi bisa dilestarikan, tidak hanya satu. Lalu dikirim ke luar negeri dan orang Indonesia harus bayar mahal kalau mau beli lagi,” jelasnya, penuh semangat.

BACA JUGA:Maura Izzati Harumkan Banyumas di Ajang Puteri Indonesia 2025, Menguasai 7 Bahasa, Dirikan Platform Edukasi

Meski banyak tawaran datang, termasuk dari kolektor luar negeri, Indra tetap teguh pada pendiriannya. Bagi dia, misi pelestarian lebih penting ketimbang keuntungan materi.

“Sudah banyak yang tertarik dan sudah banyak yang menawar, tetapi saya konsisten belum mau menjualnya. Walaupun harganya menarik, mencapai Rp125 juta untuk satu ekor ular yang baru lahir,” ucapnya sambil tersenyum.

Keberhasilan Indra tidak hanya menjadi catatan prestasi pribadi, tetapi juga kontribusi nyata bagi pelestarian kekayaan hayati Indonesia. Ia bahkan memastikan klaimnya diakui secara global.

“Saya sudah cari ke mana-mana, saya posting juga di grup luar negeri dan tidak ada yang menyangkal. Tidak ada yang punya,” tegasnya dengan bangga.

Kategori :